Inspiring, Santri Thursina IIBS Panen Medali di KIIF dan IIIF 2023

Prestasi membanggakan kembali diraih santri Thursina IIBS, kali ini dua medali emas diraih dalam Kazakhstan International Innovation (KIIF). Perolehan tersebut turut dilengkapi dengan satu medali perak dan satu medali perunggu pada ajang Indonesia International Innovation (IIIF) 2023 yang diselenggarakan oleh Global Youth Action (GYA) akhir Agustus, (01/10) lalu.

Medali emas pertama diraih kelompok santri Thursina IIBS dari jenjang SMA yang beranggotakan Sadid Jundi Furqoni, Muhammad Khalilul Fathir, Ahmad Nabilil Aqilah, Raihan Naufal dan Bima Ramadhan berkat riset sumber energi baru terbarukan kombinasi antara panel surya dan piezoelectric. Kegelisahan dampak panjang penggunaan energi fosil, mendorong lima santri tersebut untuk memberikan sumbangsih dalam memanfaatkan energi alternatif baru. “Sebenarnya ide ini adalah pengembangan dari panel surya yang sudah ada. Panel surya ini tidak bisa maksimal ketika musim hujan, untuk itu kami memberikan penampang piezoelectric di bawah panel surya untuk memanfaatkan tekanan air hujan sebagai sumber energi listrik,” ungkap Sadid selaku ketua tim riset.

Lebih lanjut ia menambahkan, prinsip kerjanya sangat sederhana. Ketika panas, sel surya yang bekerja untuk menghasilkan arus listrik. Sementara itu pada musim hujan yang bekerja menghasilkan arus listrik adalah piezoelectric yang dipasang dibawah panel surya. Air hujan yang turun dimanfaatkan untuk menekan piezoelectric yang terpasang di bawah panel surya. “Melalui alat ini nantinya energi yang dihasilkan dapat lebih maksimal dan efisien baik dalam cuaca panas maupun hujan” imbuhnya.

Berkat alat yang dikembangkan ini, tim riset santri kelas XI ini berhasil memperoleh medali emas dalam ajang KIIF 2023 akhir Juli lalu. Tak berhenti di ajang ini, ia juga meraih medali perak pada ajang IIIF 2023 pada akhir Agustus lalu.

   

Tak mau ketinggalan, dari jenjang SMP santri Thursina IIBS juga meraih medali emas di ajang KIIF 2023 berkat riset pemanfaatan kulit pisang menjadi kertas. Mereka beranggotakan Muhammad Dhonan Chilmi, Alif Pirata Muhammad, Evan Dhaqi dan Muhammad Yusuf Ibrahim Hermawan. Alif mengungkapkan, mereka melakukan riset ini atas dorongan kepeduliannya pada lingkungan. Ia bersama timnya melihat, banyaknya kulit pisang di area pesantren mendorongnya untuk memutar kepala terkait pemanfaatan limbah organik tersebut. Hingga akhirnya tercetuslah ide pemanfaatan kulit pisang menjadi kertas.

“Dari bahan yang melimpah ini, selanjutnya kami potong untuk dijadikan bubur dan dicampur dengan tepung tapioka, Natrium Hidroksida (NaOH), Hidrogen peroksida (H2O2) sebagai pemutih. Setelah tercampur akan disaring dibuang kadar airnya dan kemudian masuk di tahap cetak selama 3 hari sampai benar-benar kering,” ungkap Alif.

Riset yang dilakukan kelompok santri kelas VIII ini menunjukkan bahwa bahan dasar kulit pisang kertas memiliki pH dan gramatur yang sesuai karakteristik untuk diaplikasikan dalam pembuatan kertas. Atas risetnya mereka juga berhasil memperoleh medali emas dalam ajang KIIF 2023.

   

Capaian medali perak pada ajang IIIF 2023 juga turut melengkapi kemenangan ini berkat riset tempurung kelapa sebagai bahan baku baterai. Penelitian ini dinahkodai Muhammad Syammil Abiy Syatir, Muhammad Gymnastiar Josivaneo, Muhammad Rafi Kalevi, Muhammad Imam Kayyis dan Alfa Nafi. Syammil mengungkapkan salah satu inovasi terkini untuk bahan baku baterai adalah Grafena Oksida. “Material ini dapat ditemukan pada tempurung kelapa karena memiliki struktur struktur karbon yang berpotensi sebagai penyimpanan energi atau baterai,” ungkapnya.

Grafena Oksida ia dapatkan dari tempurung kelapa yang dibakar. Abu dari tempurung kelapa inilah yang mereka jadikan sebagai bahan baku baterai. Menurutnya satu keunggulan dari Grafea Oksida ini adalah ringan dan ramah lingkungan. Namun dari segi pembuatan dan biaya masih tergolong mahal. Ide yang ia presentasikan pada ajang IIIF 2023 membawa tim ini sukses meraih medali perak pada ajang yang diikuti ratusan peserta dari berbagai negara di Asia ini.

Sementara itu pembina tim, Ustadz Farhan Naufal Firdaus Al Fath, M.Si mengungkapkan, sejak awal para santri ini memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti perlombaan karya tulis. Selain membentuk pola pikir kritis, portofolio dan prestasi yang didapat para santri ini menjadi bekal dalam proses seleksi masuk ke perguruan tinggi yang mereka inginkan.

“Semoga kedepannya ilmu yang telah dipelajari dapat membawa kebermanfaatan sekaligus capaian ini mampu menularkan semangat untuk jenjang berikutnya agar bisa mengikuti jejak mereka,” Ustadz Farhan melengkapi. (hel/lil)

Share this post