Wujudkan Generasi Emas Indonesia, Pendidikan Karakter Solusinya?

Penyebaran pandemi Covid-19 menjadi tantangan baru bagi pendidikan di Indonesia. Sejak mewabah di Indonesia Maret 2020 lalu, hampir dua tahun sudah Covid-19 atau yang dikenal dengan virus corona menyelimuti aktivitas masyarakat. Di antara banyak sektor yang terdampak dari pandemi ini adalah proses pembelajaran dilakukan dari rumah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Kebijakan belajar dari rumah dengan sistem pembelajaran online menarik perhatian publik untuk dilakukan evaluasi. Kritik ini muncul dilatarbelakangi oleh dua faktor utama, pertama; keluhan orang tua terhadap implementasi pembelajaran online di tengah belum meratanya pembangunan insfrastruktur teknologi di tanah air, kedua; sikap anak yang over control selama melakukan pembelajaran dari rumah.

Sikap dalam makna yang populer dalam sistem pendidikan nasional dikenal dengan istilah karakter. Pergeseran karakter anak saat berada di rumah mengkonfirmasi guru adanya sistem pembelajaran yang harus diperbaiki. Hal ini menyatakan bahwa penanaman karakter pada siswa hanya sebatas rutinitas saat siswa berada di lingkungan sekolah, siswa belum kuasa untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata. Seolah-olah menjadi seseorang yang berkarakter hanya saat berada dalam pengawasan guru di sekolah, sehingga saat berada di rumah siswa dapat melakukan apa pun sesuai kehendak hati. Sungguh ini sebuah mindset yang salah!.

Kurikulum Nasional sangat menekankan pendidikan berbasis karakter. Seluruh pelajaran diarahkan kepada peningkatan karakter siswa. Melalui peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter bagi anak, menjadi acuan bagi guru untuk menekankan pembelajaran yang berorientasi kepada peningkatan karakter. Dengan begitu, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter bukan mata pelajaran tertentu dalam kurikulum, namun karakter menjadi value yang harus tertanam dalam jiwa setiap orang dan menjadi tujuan utama pendidikan dari seluruh mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.

Dalam hal ini, Thursina IIBS Malang terus berupaya melakukan inovasi dalam pembinaan karakter siswa di tengah gencatan pandemi Covid-19. Pembelajaran online tidak menjadi alasan bagi Thursina IIBS Malang untuk menurunkan standar pendidikan karakter. Hal ini dapat digambarkan melalui program-program kepesantrenan yang dilaksanakan oleh Thursina IIBS Malang, antara lain; pertama, Tahajjud Call. Sholat tahajjud merupakan program wajib di Thursina IIBS Malang. Pembiasaan sholat malam bagi siswa Thursina IIBS Malang harus tetap dilakukan sekalipun siswa berada di rumah. Dengan pembagian group kamar yang sudah tertata rapi pada Whatsapp group, mempermudah murabbi (pengasuh kamar) dalam melakukan kontrol terhadap kegiatan tahajjud siswa. Sehingga, siswa yang tidak mengerjakan sholat tahajjud akan dimintai pertanggungjawaban oleh murabbi, dan murabbi memberikan edukasi serta motivasi kepada siswa tentang pentingnya sholat tahajjud bagi keberlangsungan hidup mereka kelak.

Kedua, Pembelajaran tahfizh Al-Qur’an. Melahirkan lulusan unggul berbasis qur’ani menjadi dambaan Thursina IIBS Malang. Program tahfizh Al-Qur’an merupakan pembelajaran wajib non kurikuler bagi seluruh siswa Thursina IIBS Malang. Dengan membudayakan gemar membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya kepada anak sejak dini, diharapkan akan melahirkan generasi muda berjiwa qur’ani menuju terbentuknya masyarakat madani. Tidak hanya memiliki minat baca Al-Qur’an yang tinggi, tetapi siswa Thursina IIBS Malang juga mampu mendalami dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan pribadi dan sosial kemasyarakatan.

Siswa Thursina IIBS Malang adalah generasi emas dan bibit pemimpin masa depan yang menjadi pondasi pembangunan bangsa dan negara kelak. Melalui hafalan qur’an yang tertanam baik dalam diri siswa akan menjadi ladang berkah bagi keluarga dan daerah dimana siswa tinggal. Tak cukup sampai di sana, siswa penghafal qur’an akan menjadi inspirasi dan motivasi bagi masyarakat luas, sehingga mampu menumbuhkembangakan generasi-generasi yang cinta Al-Qur’an. Jika tanah air Indonesia dipenuhi anak muda tangguh berjiwa qur’ani, maka masa depan bangsa dan negara ini tak perlu dikhawatirkan lagi, karena akan dipimpin oleh orang-orang  penghafal qur’an yang akan membawa masyarakat sesuai tuntutan Al-Qur’an.

Ketiga, Tazkiyatun nafs. Selain kegiatan tahajjud call dan pembelajaran tahfizh Al-Qur’an, upaya Thursina IIBS Malang untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami kepada siswa dengan melakukan tazkiyatun nafs (kajian keagamaan). Program mingguan yang dilaksanakan setiap hari Kamis setelah sholat maghrib ini untuk mengisi spritual siswa melalui kajian-kajian keagamaan disajikan dengan materi yang sesuai dengan tingkat usia siswa. Sehingga manfaat mengikuti kajian tazkiyatun nafs mengena dalam hati siswa, karena pembahasan kajian dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa selama berada di Thursina IIBS Malang.

Keempat, Kemandirian. Kemandirian merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang. Kemandirian bukan warisan orang tua yang disiplin lagi mandiri, bukan pula kecerdasan yang bisa dipelajari melalui bangku sekolah, tapi kemandirian merupakan keterampilan hidup yang harus dilatih sejak dini agar kelak tidak bergantung kepada orang lain. Program kemandirian yang ditanamkan dalam diri siswa Thursina IIBS Malang menuntut ia untuk bisa menyelesaikan kewajibannya sendiri tanpa menunggu teguran dan instruksi guru dan orang tua di rumah. 

Program kemandirian yang dijalankan di Thursina IIBS Malang berawal dari hal-hal kecil, seperti menyapu kamar dan merapikan tempat tidur, menata pakaian dan lemari, membersihkan kamar mandi dan membantu orang tua. Dari kegiatan-kegiatan sederhana itu, muncul hal-hal besar yang harus dilakukan siswa, seperti sholat wajib dan sunnah tanpa diperintah, melaksanakan puasa sunnah walaupun di luar pengawasan guru dan orang tua, mengikuti pembelajaran sekolah, mengerjakan seluruh instruksi orang tua di rumah, dll. Siswa yang mandiri akan memberikan kebahagiaan bagi guru dan keluarga. Jika kemandirian tertanam baik dalam diri siswa, maka orang tua tak perlu khawatir terhadap hidup anaknya kelak, karena anak yang memiliki kemandirian yang kuat bisa menjaga diri dari hal-hal yang terlarang oleh hukum dan agama serta akan bermanfaat bagi masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, keempat program yang diimplementasikan di Thursina IIBS Malang adalah upaya besar untuk mewujudkan generasi emas berkarakter, berwawasan global, berjiwa qur’ani dan memiliki kemandirian yang kokoh. Program ini tak bisa dijalankan sendiri oleh guru di sekolah, peran aktif orang tua menjadi tonggak utama pembentukan karakter anak. Terlebih saat anak berada di rumah selama pembelajaran online pada masa pandemi Covid-19. Agar anak tumbuh sesuai dengan karakter yang diharapkan, orang tua dan guru harus memiliki visi dan misi yang sejalan.

*) Oleh: Ustadz Apri Wardana Ritonga, M. Pd (Murrabi of Thursina International Islamic Boarding School)

Sumber: timesindonesia

Share this post