Citra Fisik dan Non Fisik Tokoh Kenanga dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini Serta Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di SMA

Artikel Ilmiah pertama ini lolos dalam acara Konferensi Bahasa dan Sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh Program Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana FKIP Universitas Sebelas Maret dengan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dengan tema, “Memajukan Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia serta Pengajarannya sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing Indonesia dalam Konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN.” Pada 30-31 Oktober 2015.

Novel KenangaCITRA FISIK DAN NON FISIK TOKOH KENANGA DALAM NOVEL KENANGA KARYA OKA RUSMINI SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

 Agus Setiawan; Saptiana Sulastri
Universitas Sebelas Maret
E-mail: bestari.agus@gmail.com; saptianasulastri292@gmail.com


Abstract

The purpose of this scientific article is to explain the physical and non-physical image of Kenanga’s character in the novel of Kenanga by Oka Rusmini. Another goal in this article is to expose the links of kenanga who can implement the characteristics of education values. Besides, another goal in this article is to add a new insight for teachers in the schools which have the relevance with Kenanga novel by Oka Rusmini for the teaching of literature in senior high school level. This study is a qualitative research approach to study the sociology of literature. This study uses triangulation for the validity of the data. Actually, in the images of women there are two images including physical and non-physical image. Physical image can be either image or likeness contained in the mind or language that describes it. While the non-physical image is an images associated with something that is abstract (not shown) which arise from mental impression or the shadow which is affect the linguistics. Kenanga became the main character in this novel, so in the depiction of the main character not only an image but also the values ​​of character building that are deliberately delivered by the author of this novel.

Keywords: physical imagery, imagery nonphysical, the value of character education

Abstrak

Tujuan dari artikel ilmiah ini ialah untuk menjelaskan citra fisik maupun non fisik pada tokoh Kenanga dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini. Tujuan yang lain ialah ingin memaparkan keterkaitan tokoh Kenanga yang dapat mengimplementasikan nilai pendidikan karakter. Selain itu tujuannya adalah untuk menambah khazanah baru bagi guru di sekolah dalam relevansi novel Kenanga karya Oka Rusmini dalam pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan kajian sosiologi sastra. Penelitian ini menggunakan triangluasi untuk keabsahan datanya. Pada citra wanita sejatinya terdapat dua citraan yakni citra secara fisik dan non fisik. Citra secara fisik dapat berupa gambar atau rupa baik yang terdapat dalam pikiran atau bahasa yang menggambarkannya. Sedangkan citra non fisik ialah suat citraan yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat abstrak (tidak tampak) yang muncul dari kesan mental atau bayangan yang merupakan efek linguistik. Tokoh Kenanga menjadi tokoh utama dalam novel ini, sehingga dalam penggambaran tokoh utama selain terdapat citraan juga terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang sengaja disampaikan oleh penulis novel ini.

Kata kunci: citraan fisik, citraan nonfisik, nilai pendidikan karakter

 

PENDAHULUAN

Novel adalah karya sastra yang bersifat fiksi. Novel dapat menampilkan masalah kehidupan secara beragam. Kehidupan yang ditampilkan dalam novel dapat diangkat dari peristiwa yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Dengan demikian novel merupakan satu di antara karya sastra yang mencerminkan suatu kehidupan masyarakat.

Masyarakat tentunya memiliki suatu sistem sosial budaya yang disepakati secara bersama dalam konteks kode etik tingkah laku yang sesuai dengan adat-istiadat dan cara pandang masyarakat yang digambarkan. Gambaran dalam kehidupan masyarakat merupakan manifestasi budaya masyarakat tersebut. Contohnya dalam sistem kekerabatan dan sistem status sosial yang memiliki kasta.

Satu di antara novel yang memiliki sistem status sosial yang berkasta adalah novel Kenanga karya Oka Rusmini. Novel ini menyajikan kisah kehidupan wanita cantik keturunan kasta Brahmana yang memaparkan peristiwa tentang kehidupan wanita Bali. Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang wanita Bali yang masih melestarikan kebudayaannya. Masyarakat yang digambarkan sangat menjunjung tinggi budayanya sehingga kebudayaannya begitu bernilai dalam masyarakat mereka. Melalui novel ini pengarang berusaha menyampaikan kepada pembaca kondisi adat Bali tentang sebuah cinta yang terlarang dalam adat-istiadat Bali.

Novel Kenanga karya Oka Rusmini termasuk satu di antara novel yang memaparkan kondisi adat-istiadat kebudayaan Bali. Hal ini terlihat dari tokohnya yang berasal dari kasta tertinggi dari masyarakat Bali yaitu kasta Brahmana. Jika dilihat saat ini, masyarakat Bali tetap mempertahankan adat-istiadatnya dalam pelestarian kebudayaannya. Namun seiring perkembangan zaman masyarakatnya juga perlu melakukan suatu perubahan terutama dalam bidang pendidikan. Dalam novel Kenanga hal yang tergambar ialah suatu proses perubahan dan kondisi yang dialami tokoh wanitanya. Hal ini tergambar jelas dari latar belakang keluarga Kenanga yaitu dari kasta Brahmana yang menuntutnya untuk tetap mempertahankan kondisi adat-istiadat warisan nenek moyangnya. Namun, di sisi lain Kenanga adalah sosok wanita yang berpendidikan sekaligus wanita yang berada dalam kondisi adat yang tidak bisa ia tinggalkan. Dalam hal ini, maka terjadilah suatu pencitraan tokoh wanita yang diakibatkan oleh suatu proses pendidikan dengan kondisi adat-istiadat yang dimilikinya.

Hal ini senada bahwa dalam menginterpretasi sebuah karya sastra dapat dimulai dari latar belakang yang berbeda: konvensi sastra, sistem budaya dan norma, latar belakang pendidikan, situasi mental dan psikologi, dan keadaan dibenarkan lainnya. Teks sastra hanya sebuah artefak dan mungkin mengubahnya menjadi berbagai jenis interpretasi dalam setiap kegiatan membaca (Suyitno, 2014). Oleh karenanya karya sastra dalam interpretasinya dapat berbagai macam namun dalam interpretasi dapat dimulai dari latar belakang yang ada.

Alasan pertama yang menjadi dasar peneliti memilih novel Kenanga karya Oka Rusmini karena tokoh utama wanitanya unik yaitu mengisahkan peristiwa Bali bukan dari cantiknya tetapi dari sisi gelap manusia-manusianya. Bahkan novel Kenanga menyuguhkan beberapa karakter perempuan Bali yang liar, munafik bahkan sadis.. Kedua, novel Kenanga menggambarkan masyarakat Bali, jadi pembaca dapat mengenal kebudayaan Bali melalui teks novel Kenanga sebagaimana diketahui bahwa Bali merupakan satu diantara tempat yang menjadi tujuan wisata dari berbagai negara. Ketiga, novel Kenanga dibaca oleh banyak orang yang terlihat dari cetak ulang yang sudah tiga kali sejak tahun 2003-2004.

Novel Kenanga juga pernah dimuat sebagai cerita bersambung di Koran Tempo dari tanggal 20 Agustus-17 Desember 2002. Berdasarkan hal tersebut novel Kenanga perlu diteliti untuk melihat apa yang sesungguhnya terdapat dalam novel tersebut. Berdasarkan pengamatan sementara hal yang menarik adalah citra wanita yang terkandung dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini. Hal ini tergambar jelas bahwa tokoh Kenanga memegang peranan penting sebagai tokoh sentral dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.

Oleh karenanya dipilih tokoh Kenanga dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini karena memuat nilai-nilai pendidikan karakter serta terdapat relevansinya dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia maka hubungan penelitian ini dengan pembelajaran sastra Indonesia terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk SMA mata pelajaran Bahasa dan Sastra khususnya pada kelas sebelas terdapat pengajaran sastra khususnya kompetensi membaca dengan indikator sebagai berikut.

PEMBAHASAN

Pada pembahasan dibicarakan beberapa hal yaitu citra wanita, citra wanita Bali dalam novel Kenanga, novel, tokoh dan penokohan, sosiologi sastra, perubahan sistem sosial budaya, struktur sosial masyarakat Bali. Pembicaraan beberapa hal di atas perlu dilakukan guna membantu peneliti dalam menemukan konsep aspek citra fisik dan nonfisik wanita melalui tokoh cerita yang digambarkan dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.

  1. Citra Wanita Bali dalam Novel Kenanga karya Oka Rusmini

Citra merupakan gambaran atau imajinasi yang timbul dalam proses pembacaan atau setelah proses pembacaan. Istilah citra secara umum diartikan gambar atau rupa. Berdasarkan pengertian ini terkandung suatu maksud bahwa citra mengarah pada bentuk fisik dan nonfisik atau sesuatu yang diacu berupa gambaran atau rupa. Lebih lanjut Wellek dan Warren (1986: 238) mengatakan bahwa pencitraan bersifat visual, merupakan suatu proses pengindriaan atau persepsi, tetapi juga “mewakili” atau mengacu pada sesuatu yang tidak tampak, sesuatu yang berada “di dalam” .

Berdasarkan pendapat di atas, maka citra disini diartikan sebagai kesan mental atau bayangan yang muncul kerena unsur-unsur linguistik dengan ciri-ciri yang memberikan petunjuk tentang apa yang dilihat, dirasa, dibaca, yang terwujud melalui pikiran (imaji) atau persepsi dari setiap individu. Tidak hanya itu, citra juga dapat dikatakan kesan mental atau bayangan yang ditimbulkan oleh fakta, frasa atau kalimat dari bahasa yang menggambarkannya. Citra juga dapat dipandang sebagai wujud fisik dan nonfisik. Dengan demikian citra dapat dilihat dari dua aspek yaitu:

  1. Citra yang berhubungan dengan wujud fisik yang berupa gambar atau rupa baik yang terdapat dalam pikiran atau bahasa yang menggambarkannya.
  2. Citra yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat abstrak (tidak tampak) yang muncul dari kesan mental atau bayangan yang merupakan efek linguistik.

Citra tentang unsur tokoh wanita yang ditimbulkan oleh unsur-unsur linguistik yang digunakan dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek nonfisik. Citra wanita yang menyangkut aspek fisik meliputi pada persoalan pandangan atau bayangan yang dapat membangkitkan rasa tertentu bagi unsur tokoh yang memandangnya, seperti kecantikan tokoh wanita idola atau idaman yang terdapat dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.

Citra wanita Bali pada umumnya adalah wanita memiliki berbudi pekerti luhur yang sangat menjunjung tinggi adat-istiadatnya. Keanggunan wanita Bali dapat dilihat dari kecintaan wanita Bali pada keindahan hal ini dapat dilihat dari keterampilan wanitanya dalam membuat sesaji (banten) untuk upacara. Tidak hanya itu, wanita yang ideal bagi masyarakat Bali adalah wanita yang rela mengabdi pada keluarga suami. Seorang wanita Bali dapat mengangkat derajat orang tuanya apabila seorang wanita dari kasta Sudra (kaum jaba wangsa) menikah dengan kasta di atas Sudra yaitu kasta tri wangsa.

Dalam masyarakat Bali seorang istri yang taat pada suami menjadi citra wanita yang diidamkan dalam keluarga. Menurut Korn dalam I Nyoman Budiana (2009: 2) pada hakikatnya sistem kekerabatan yang dianut oleh masyarakat Hindu di Bali adalah sistem kekerabatan patrilineal. Keturunan ditarik dari garis keturunan laki-laki. Dalam hubungan ini, bila terjadi perkawinan seorang wanita yang telah menikah akan masuk ke dalam keluarga laki-laki (suami). Perkawinan adalah sesuatu yang dianggap sakral, secara simbolik wanita (istri) dilepaskan dari keluarganya dan leluhurnya untuk masuk ke dalam keluarga laki-laki (suami).

Sebagai makhluk sosial, wanita tidak bisa lepas dari lingkungan sosial masyara-katnya. Wanita mempunyai kesempatan untuk melakukan kegiatan di luar rumah (publik) karena wanita mempunyai peran ganda yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Kedua peran wanita tersebut harus dijalankan secara seimbang yang tidak lepas dari kodrat dan kultur (budaya) yang ada. Hal inilah yang akan memberikan gambaran citra wanita dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini sebagai tokoh yang mengalami suatu pergolakan batin tentang perannya sebagai wanita karier sekaligus sebagai ibu yang hidup tanpa ikatan perkawinan.

  1. Citra Fisik Tokoh Kenanga dalam Novel Kenanga karya Oka Rusmini
    1. ”Wajahmu cerah, kulitmu bersih. Kelihatannya lebih segar, begitulah komentar teman-teman Kenanga. (Kenanga, 2003:58)
    2. Berapa puluh tahun beda usia mereka. Namun Kenanga memang masih tampak cantik dan segar. Intan tak melihat gurat-gurat usia yang keras menyita wajah perempuan itu. (Kenanga, 2003:152)

Berdasarkan klasifikasi tersebut berikut ini akan dianalisis citra fisik Kenanga sesuai dengan klasifikasi citra fisik di atas.

Klasifikasi pertama di atas mengambarkan citra fisik wanita dengan wajah cerah dan kulit bersih. Arti cerah adalah wajah yang berseri dan bersih sesuatu yang memesona jika dilihat orang lain. Sedangkan kulit bersih adalah kulit yang tidak kotor yang menunjukkan kecerahan kulit bukan karena putih tetapi mampu membuat hati seseorang merasa nyaman untuk melihatnya begitu juga aura yang keluar pada Kenanga terlihat wajah cerah dan kulit bersih sehingga enak dilihat mata. Hal ini digambarkan pada saat temannya mengomentarinya.

Klasifikasi kedua menggambarkan kecantikan dan kesegaran wajah Kenanga. Kata cantik adalah elok rupa, molek, atau bagus jadi kata cantik menunjukkan citra fisik Kenanga yaitu memiliki wajah yang elok atau bagus sehingga enak dipandang dan memiliki daya tarik bagi orang lain yang melihatnya. Sedangkan kata segar adalah sehat, sesuatu yang menunjukkan dalam keadaan baik jadi kata segar menunjukkan citra fisik Kenanga dalam keadaan yang sehat dan baik. Dapat dikatakan bahwa Kenanga adalah seorang wanita yang cantik dan masih sehat bugar. Kata gurat-gurat usia adalah penggunakan kiasaan berkaitan dengan umur. Maka dapat dikatakan bahwa Kenanga sudah berusia matang atau dewasa. Jadi Kenanga adalah seorang wanita cantik yang berusia matang.

Berdasarkan uraian dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan mengenai citra fisik Kenanga sebagai berikut:

  • Wanita yang cantik dan segar tercermin dari kata-kata yang memberikan kekaguman akan kecantikan Kenanga.
  • Wanita yang berusia matang tercermin dari kata-kata yang mengatakan ”Intan tak melihat gurat-gurat usia yang keras menyita wajah perempuan itu”.
  1. Citra Non Fisik Tokoh Kenanga dalam Novel Kenanga karya Oka Rusmini
  1. Kenanga bahkan tidak sanggup membayangkan hidup tanpa Intan. (Kenanga, 2003:4)
  2. Semua telah Kenanga lakukan untuk Kencana. Ia mengerti, ia paham, adiknya begitu mencintai Bhuana. Pada laki-laki itulah Kencana menumpahkan semua rasa cintanya. (Kenanga, 200:16)
  3. Keluar dari kamar mandi, Kenanga mengusap rambutnya yang basah, lalu masuk ke dalam kamar. Dinyalakannya tiga batang dupa India. Ruhnya menyelam ke dalam selubung asap dan wangi bunga-bunga sesaji. Tak lama kemudian dia metirta, menyiratkan air suci ke ubun-ubun. Sang Hyang jagat, sutradara segala bentuk pementasan di bumi ini, membasuhnya dengan sunyi. Terasa benar kehadiran-Nya di setiap sudut-sudut napasnya. (Kenanga, 2003:17)
  4. Perempuan itu begitu keras kepala. Dia rela menyediakan waktunya untuk tiang, tapi apakah dia peduli, betapa dalam cinta tiang kepadanya, begitu sering Bhuana disiksa oleh pertanyaannya sendiri. (Kenanga, 2003:48)

Mata itu seperti lobang persembunyian waktu yang selalu membuatnya tergetar dalam takjub oleh pesona rahasianya. Bahkan sejak pertama kali mereka bertemu dulu, Bhuana langsung sadar bahwa inilah perempuan yang dicarinya. Ibu bagi calon anak-anaknya kelak! Tapi apakah itu mungkin? Tahukah perempuan itu betapa dirinya setengah mati mencintainya? (Kenanga, 2003:48)

  1. Dia adalah laki-laki yang dicintai adiknya sendiri. Cinta itu bahkan telah sah terlindungi hukum, adat, dan agama. Tapi seluruh perlakuan Bhuana kepadanya jelas-jelas mengalirkan kehangatan cinta. Sehembus kasih sayang yang bukan haknya. Yang ia tak mampu membendungnya! Hyang Jagat, janganlah Kau bolehkan aib itu terulang lagi, bisik Kenanga dalam hati, dengan tanpa keyakinan. Perasaan berdosa dan tak berdaya terus memukul-mukul jiwanya. (Kenanga, 2003:67)
  2. Kenanga, perempuan yang membentuk tubuh dan jiwa Intan, memang perempuan aneh. Kadang ia bisa sangat berkuasa. Memonopoli kata-kata. Namun kadang dia sediam-diamnya. Lebih dingin dibanding batu. (Kenanga, 2003:206)

Berdasarkan data yang diperoleh dari klasifikasi citra nonfisik Kenanga, maka diperoleh gambaran citra nonfisiknya sebagai berikut:

  • Wanita yang cinta kasih kepada keluarga
  • Wanita yang cinta kasih kepada anaknya
  • Wanita yang berwatak keras
  • Wanita yang cerdas
  • Wanita yang pandai menyimpan rahasia
  • Wanita yang taat agama dan menjunjung tinggi adat-istiadatnya

Nilai Pendidikan Karakter pada tokoh Kenanga dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini

Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Kenanga di antaranya nilai religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, gemar membaca, rasa ingin tahu, cinta damai, dan peduli sosial. Nilai-nilai tersebut dapat disimak melalui karakter tokoh yang tampak pada narasi cerita. Berikut uraian temuan data yang mempresentasikan nilai-nilai pendidikan karakter.

Dalam novel Kenanga pendidikan karakter religius terdapat pada tokoh Kenanga. Tokoh tersebut selalu taat pada agama yang dianutnya. Sebagai hamba Tuhan YME ia tidak lupa menjalankan kewajibannya sebagai wujud rasa syukur. Dari tata cara ritual yang dijalankannya maka tercermin bahwa Kenanga memeluk agama Hindu Bali. Ia tidak hanya taat beragama tetapi ia juga sangat menjunjung tinggi adat-istiadatnya

Nilai pendidikan karakter peduli sosial juga nampak saat Kenanga yang tetap merahasiakan identitas Intan dari keluarganya. Pada mulanya Kenanga menyembu-nyikan kehamilannya pada keluarganya. Hal ini dilakukannya karena takut akan membuat adiknya yaitu Kencana akan patah hati dan mengecewakan kedua orang tuanya. Nilai karakter gemar membaca pun nampak pada diri Kenanga yang sangat cerdas dan berprestasi hal ini terbukti dengan nilai-nilai kuliahnya yang selalu tinggi bahkan mendapat beasiswa S2 di Yogyakarta.

Relevansi Novel Kenanga Karya Oka Rusmini dengan Pembelajaran Sastra di SMA

Novel Kenanga karya Oka Rusmini jika dikaitkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia kelas kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) semester I dengan standar kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD) antara lain: (a) menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat, (b) menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan, juga pada kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA) semester I dengan standar kompetensi (SK) memahami pembacaan novel dengan kompetensi dasar (KD) antara lain: (a) menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan, (b) menjelaskan unsur intrinsik dari pembacaan novel.

Berkaitan dengan hal tersebut novel Kenanga dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMA. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam novel relevan dengan pembelajaran sastra di SMA. Selain itu, nilai-nilai kebudayaan yang ada di dalam novel dapat dijadikan tambahan kajian dalam kelas XI dan XII jurusan bahasa di SMA.

PENUTUP

Novel Kenanga karya Oka Rusmini dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI dan XII karena novel tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan karakter religius, toleransi, disiplin, kerja keras, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, dan peduli sosial. Nilai-nilai pendidikan karakter sangat penting ditanamkan pada generasi muda agar memiliki karakter positif yang kuat.

Berdasarkan penelitian ini diharapkan siswa hendaknya memanfaatkan novel Kenanga untuk menambah wawasan mengenai kebudayaan di Bali, guru dapat memanfaatkan novel Kenanga sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA, dan pembaca sebaiknya dapat mengambil nilai-nilai positif dan meninggalkan unsur-unsur negatif yang terdapat dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.

DAFTAR PUSTAKA

Pada artikel ilmiah yang ditampilkan oleh penulis sengaja tidak dimasukkan Daftar Pustaka, karena menghindari adanya plagiasi terhadap karya tersebut. Artikel ilmiah ini hanya menjadi tambahan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Bahasa Indonesia.

Share this post