"Euforia UN? No Way!" by M. Al-Ghaniy Brilliantsyah (Student of Tazkia)

Islam sangat mementingkan akhlaq bagi pemeluknya, karena akhlaq berada diatasnya ilmu. Rasulullah SAW diutus untuk mengajak manusia agar beribadah hanya kepada Allah SWT dan memperbaiki akhlak manusia. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik” (HR. Bukhari). Islam mengkhususkan iman seseorang yang sempurna ditandai dengan akhlak yang paling baik. Akhlak yang baik dapat menuntun menuju surga.

Setap orang tua pasti mengidamkan putra dan putrinya memiliki akhlaqul karimah. Sebenarnya hal tersebut sudah dimulai ketika sang anak baru menghirup udara untuk pertama kali di dunia. Setelah bayi dilahirkan oleh sang ibu, sang ayah akan mengumandangkan adzan ditelinga sang bayi. Hal tersebut bertujuan agar hal yang pertama kali didengar oleh anak adalah kebaikan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa setap orang tua menginginkan akhlak yang baik terhadap anaknya. Tak bisa dipungkiri, lingkungan keluarga merupakan tempat pembentukan akhlak anak pertama kali. Kedua orang tua memiliki peran pentng dalam membentuk kepribadian anak. Awal dari pembentukan akhlak yang baik ialah peran orang tua yang mengajarkan anak untuk berperilaku sopan santun terhadap anggota keluarganya.

Di dunia ini, ayah dan ibu adalah teladan kedua setelah nabi Muhammad SAW bagi pembentukkan kepribadian dan akhlak anak. Tingkah laku orang tua adalah contoh utama yang dapat ditru oleh anak. Khususnya ibu yang harus memberikan tauladan akhlak yang baik kepada anak. Mendidik akhlak bisa dimulai dari masa kehamilan dengan harapan Allah SWT memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh. Pembentukan akhlak yang kedua terjadi di sekolah dan masyarakat. Pendidikan dimasyarakat sama halnya sepert pendidikan di sekolah. Perbedaannya jika sekolah adalah lembaga formal yang mempunyai aturan yang harusditaat baik tersirat maupun tersurat, pendidikan di masyarakat lebih pada aturan tersirat. Pola pergaulan anak dengan lingkungan masyarakat akan mempengaruhi perilaku atau akhlak anak. Kata lain dari perilaku yang dipelajari atau ditrukan adalah sosialisasi.

Dalam bersosialisasi bisa menjadi sempurna atau sebaliknya. Sosialisasi yang sempurna adalah anak akan berperilaku sesuai yang diinginkan oleh semua pihak. Sosialisasi yang kurang sempurna bisa mengakibatkan fatal bagi sang anak dan dapat mengakibatkan penyimpangan sosial. Kasus perilaku yang menyimpang dapat terjadi pada semua anak, bergantung pada bagaimana akhlak dan cara bersosialisasi sang anak. Kasus yang baru-baru ini terjadi adalah aksi konvoi dan corat-coret baju pasca kelulusan diumumkan. Konvoi dan aksi corat-coret ini sudah jelas perilaku menyimpang, meresahkan pengguna jalan lain, dan terkadang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Salah satu siswi SMA di Medan berkonvoi bersama teman–temannya untuk merayakan berakhirnya Ujian Nasional (UN). Hal tersebut justru tidak menirukan contoh baik kepada generasi selanjutnya. Mereka berkonvoi menggunakan kendaraan roda empat bersama teman-temannya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang Islam ajarkan. Jika mendapat kemenangan seorang muslim seharusnya bersujud syukur kepada Allah SWT. Tetapi zaman yang begitu modern menjadikan seseorang menjadi sombong, naudzubillah min dzalik.

Dalam kasus yang terjadi pada bulan April lalu, siswi tersebut mengatakan bahwa ia anaknya seorang jenderal kepada polwan ketka diperingatkan karena melanggar peraturan lalu lintas. Dengan mengatakan anak seorang yang mempunyai pangkat, hukum tdak akan begitu saja berlalu. Hukuman sosial dari masyarakat akan lebih sakit dibandingkan hukuman yang bersifat teguran atau pemberian denda. Kemajuan teknologi dan media sosial membuat kasus tersebut sangat cepat menyebar dikalangan masyarakat. Akhlak anak zaman sekarang sungguh berada dalam kondisi miris. Aksi coret baju dan konvoi sudah dijadikan kebiasaan dalam merayakan lulus UN (Ujian Nasional) hampir diseluruh sekolah. Sebetulnya usaha preventf sudah dilakukan oleh orang tua atau guru. Pelajar sendiri sebagai subjek dalam masalah ini, saat di luar lingkungan sekolah dan rumah menggunakan kesempatan melakukan tndakan pelanggaran sosial, berupa aksi yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Setap orang tua, guru, maupun masyarakat ingin anak/siswa mempunyai akhlak yang kharimah. Budaya ikut ikutanlah menyebabkan akhlak yang dibangun sejak mulai dari kandungan, belaian, hingga dewasa rusak saat mereka hanya mengikut ajakan dari teman temannya. Orang tua, guru, masyarakat sangat berperan dalam membentuk akhlak anak. Mereka harus bahu membahu dalam pembentukan proses mulia tersebut. Sebab, anak adalah calon pemimpin masa depan.

Share this post