Giat Kampanyekan Lupus, Santri Thursina IIBS Juara di AMSA 2021

Tim Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) berhasil meraih juara dua dalam gelaran Asian Medical Students’ Association Universitas Gadjah Mada (AMSA-UGM) 2021. Perhelatan nasional ini digelar oleh Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM)

Tim tersebut terdiri dari 3 orang santri yaitu Faizah Amalia, Syahrilla Alamsyah dan Hanifah Dzakiyah. Ketiganya merupakan santri kelas 12 SMA Thursina IIBS yang juga mengambil penjurusan Scienceprenuer. Mengangkat LED: Lupus Early Detection, ketiganya berhasil menjadi juara kedua dari peserta yang berasal dari berbagai daerah dan kota.

Judul ini diusung karena penyakit lupus merupakan salah satu penyakit mematikan yang membutuhkan penanganan yang cukup intensif. Dengan mengusung judul “Lupus Early Detection” masyarakat Indonesia yang mengalami beberapa gejala lupus akan mendapatkan penanganan lebih cepat, dikarenakan mereka melakukan deteksi dini dan langsung menuju kepada dokter yang ahlinya.


Ustadz Elgy Zulfakar Diniy, selaku pembimbing dalam perlombaan ini menyampaikan, penamaan LED yang merupakan akronim tersebut terinspirasi dari LED yang memberikan cahaya dan menyebar luas, tidak hanya 1 arah. Harapannya dengan kampanye ini, edukasi yang kami lakukan dapat menyebar luas ke semua orang agar mereka mendapat lebih banyak ilmu dan semakin mendukung orang dengan penyakit lupus agar bisa hidup dengan normal.

   

“Penamaan ini merupakan harapan sekaligus spirit yang digunakan agar kampanye ini terus berjalan ke depannya,” jelas Ustadz Elgy, panggilan akrabnya.

Beberapa langkah yang digunakan yaitu pembuatan konten kampanye, pengunggahan konten, membuka pendaftaran relawan dan kemudian memberikan edukasi melalui berbagai platform media sosial. Platform yang digunakan seperti Instagram, podcast, spotify.

   

“Selain itu,dalam kampanye ini juga diadakan webinar dengan dokter spesialis anak dan konsultan odapus. Selain itu guna mengukur keberhasilan dilakukan post test yang diberikan pada relawan tersebut,” jelasnya lagi.

Seluruh ide yang dikeluarkan merupakan murni dari santri. Pembimbing hanya memberikan arahan dan juga pengembangan-pengembangan yang diperlukan agar alat ini menjadi lebih baik. Dirinya berharap alat ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan memberikan kebermanfaatan dari masyarakat dari terciptanya alat baru tersebut.


“Selain itu, melalui program penjurusan seperti Sciencepreneur ini santri akan bisa lebih berinovasi dan memberikan ide ide terbaik untuk berbagai permasalahan yang ada,” harap Ustadaz Elgy. (lil)


 

Share this post