Manusia Tidak Boleh Bosan Mencari Hidayah Allah

Setiap langkah atau perbuatan baik yang kita lakukan tidak lepas dari bimbingan dan hidayah Allah. Maka jika kita telah berbuat baik, jika kita telah melakukan suatu amal, jangan sombong bahwa itu yang melakukan atas inisiatif kita. Tapi hal tersebut terjadi karena ijin dan hidayah Allah. Setiap perilaku yang kita lakukan sejatinya melewati lintasan-lintasan (khotroh) Allah. Ada empat sumber lintasan Allah yang dilalui manusia. 

Pertama khotroh ilahiyah, lintasan yang diilhamkan oleh Allah SWT. Khotroh ini berupa hidayah dari Allah SWT. Ada juga khotroh syaitoniyah, yang mana khotroh ini dibisikkan, dihembuskan oleh setan. Selain itu, ada khotroh malakiyah, yang dibisikkan para malaikat untuk menguatkan, memotivasi manusia untuk terus di jalan Allah. Dan yang terakhir ada khotroh nafsiyah kita sendiri. Khotroh nafisiyah ini sendiri merupakan lintasan yang terbit dari nafsu manusia itu sendiri. 

Khotroh nafisyah berawal dari stimulan-stimulan syahwat yang ada pada sekitar manusia itu sendiri baik yang kita lihat, kita rasakan maupun yang kita alami. Maka tatkala kita bisa menahan dari khotroh nafsiyah maka akan hadir khotroh ilahiyah yang merupakan hidayah Allah. Suatu contoh, jika kita menghadiri sebuah kajian, sebuah majelis ilmu, maka hal tersebut semata-mata terjadi untuk memenuhi ridha dan hidayah dari Allah. 

Allah SWT berfirman dalam surat Azzumar ayat 22:

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya: Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

Dalam ayat tersebut  sudah sangat jelas yang mana kepahaman, perbuatan yang dilakukan oleh manusia sumbernya adalah di hati. Ternyata benar menurut Al Qur'an bahwa orang jahil itu bukan pada otaknya tetapi pada hatinya. Setelah iman itu diproses dengan selalu ingat kepada Allah, maka lambat laun hati menjadi sangat terang, ia terasa sekali dengan sangat jelas. Seperti jelasnya hati orang yang mengalami kegelapan, semakin dzikir kita terus dilakukan dengan baik, maka sinar itu semakin menerangi dada kita.

Jika sinar  ini semakin menerangi hati kita, pintu kasyaf itu sudah semakin terasa untuk difahami sebagai tanda ada hubungan batin yg mampu mengintai kehendak Allah. Ilham itu sangat jelas baik fujur dan takwa. Rejeki itu sangat jelas ketika Allah sudah menunjukkan. Sebagai tanda ada hubungan yg baik dengan Allah. Barokah, ilham, riqqah serta rasa tenang adalah suatu keadaan yang bisa dilihat oleh hati manusia yang bersih. Sebaliknya gundah dan gelisah serta kemarahan juga bisa dilhat dengan jelas oleh hati kita. Bukan pada otak kita. Dan hati itu mampu berjalan menuju Allah swt. 

Orang-orang yang dadanya dilapangkan untuk menerima islam. Orang-orang yang dadanya di lapangkan untuk mengamalkan islam. Orang-orang yang dilapangkan dadanya untuk memperjuangkan islam dan orang-orang yang dadanya dilapangkan untuk mempertahankan islam itu semua merupakan ‘ala nurii robbi atau atas cahaya yang diberkan oleh Allah. Allah hanya berkehendak, hanya memberikan cahaya hidayahnya kepada orang-orang yang dikehendaki saja. Jika suatu saat kita menghadiri suatu majelis, jika kita sudah berjalan menuju masjid, maka yang perlu ditanamkan dalam pikiran kita adalah, “Alhamdulillah, Allah telah memberikan hidayahnya kepada kita”.

Dengan adanya hidayah Allah tersebut, maka doa untuk memohon untuk selalu diberikan hidayah oleh Allah merupakan doa yang wajib kita panjatkan. Bahkan setiap hari minimal 17 kali. Doa ini selalu kita ucapkan dalam setiap sholat yaitu:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ 

Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus (Alfatihah:6)

Dengan seringnya kita mengucapkan, melafadzkan ayat tersebut artinya hidayah Allah itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap amal-amal baik yang kita lakukan harus kita sadari itu merupakan hidayah dari Allah. Hidayah ini tidak bisa dibeli, tidak bisa pula dipesan. Hanya Allah yang berhak memberikan hidayah ini kepada hambanya yang dikehendaki. 

Bahkan paman Rasulullah SAW pun tidak diberikan hidayah Allah oleh meskipun sudah membantu perjuangan Rasul saat penyebaran agama islam. Setiap doa Rasul sematkan permohonan tersebut, Rasul tangisi dan mengharapkan bahwa pamannya dapat mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun Allah mengatakan kepada Rasul dalam surat Al Qashah ayat 56:

إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

artinya: Sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Allah juga menekankan dalam surat Al Baqarah ayat 272 dengan berfirman:

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ

Artinya: Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.

Maka kalau dilihat bagaimana Allah memberi hidayah kepada Umar bin Khattab Radhiyallahu'anhu. Nabi Muhammad berdoa kepada Allah supaya Umar masuk islam dan membela islam. Maka Allah mengabulkan. Disini dapat dilihat bahwa doa untuk tetap meminta hidayah kepada Allah wajib dipanjatkan. Adapun pemberian hidayah merupakan hak prerogatif Allah kepada hambanya yang Allah kehendaki. 

Manusia bertugas untuk terus mencari hidayah Allah. Melalui jalur jalur atau lintasan yang memeng dikehendaki oleh Allah. Khotroh ilahiyah harus terus dicari dan dijalani agar hidaya Allah tetap diberikan kepada kita semua. Dalam mencari hidayah ini harus dengan sungguh-sungguh. Dalam firmanya Allah menegaskan: 

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Maka dengan adanya berbagai firman Allah tersebut menjadi sebuah keyakinan bahwa sebagai manusia wajib bersungguh-sungguh untuk mencari hidayah dan ridha Allah. Jangan sampai kita puas diri dan tidak mencari atau mengharapkan ridha Allah lagi. Sudah menjadi keharusan hati kita menjadi khawatir kalau-kalau kita tidak diberi hidayah, tidak diberi ridha-Nya Allah. 

Wallahu a'lam bish-shawabi.

Disampaikan oleh Ustadz Ust. Fathurrahman Hafidzahullah dalam Kajian Kitab Minhajul 'Abidin


Share this post