Memaksimalkan Proses Pembinaan, Santri Thursina IIBS Raih Juara 2 dalam Lomba Speech Nasional

Santri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) tidak pernah lelah dalam mengukir prestasi. Kali ini, prestasi ditorehkan oleh Habibah Nureniati, santri kelas 12 SMA Thursina IIBS. Habibah, sapanya, berhasil meraih juara kedua dalam kategori National Speech Competition pada gelaran Maliki English Festival 2022 (12/11). Kompetisi ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan dan Sastra (HMPS) Sastra Inggris Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim yang diikuti oleh siswa SMA/MAN/Sederajat dan Mahasiswa Se-Indonesia.

Perlombaan ini merupakan agenda tahunan dengan peserta berasal dari seluruh Indonesia. Total 70 peserta berpartisipasi dalam kategori speech competition. Kompetisi itu dilaksanakan dalam tiga babak. Babak pertama merupakan penyisihan dimana peserta diminta untuk mengirimkan video speech mereka secara online kepada panitia. Babak berikutnya merupakan semifinal dan final yang dilaksanakan secara luring di Gedung Fakultas Humaniora UIN Maliki Malang.

   

Pembina lomba, Ustadzah Umi Zakiyah, S.S., menjelaskan, pada tahap semifinal, Habibah diberikan waktu 70 menit untuk menyiapkan speech berdurasi 7 menit sesuai tema. Sedangkan pada tahap final, peserta diberikan waktu 40 menit untuk membuat speech dengan topik baru dari panitia.

“Persiapan yang dilakukan bisa dibilang cukup matang. Alhamdulillah, ananda bisa melalui setiap stepnya dengan baik dan meraih juara,” ungkapnya.

Melanjutkan, ustadzah Umi mengungkapkan proses pembinaan dilakukan selama kurang lebih satu bulan dengan total 15 kali pertemuan. Latihan tidak hanya perihal persiapan teks, namun juga sikap, olah vokal, hingga body language. Ketiga hal itu menjadi faktor pendukung yang menentukan keberhasilan seseorang dalam lomba speech bahasa inggris.


“Dalam konteks lomba bahasa inggris, tentu yg terpenting kemampuan berbahasa inggris, mulai dari grammar, pronunciation, vocabs, dan lain sebagainya. Kepercayaan diri speaker juga menjadi faktor penting yang tidak boleh dilupakan,” jelasnya.

Kondisi kesehatan yang sempat turun menjadi kendala yang dihadapi selama proses pembinaan. Sehingga, dalam beberapa kesempatan pembinaan harus dilakukan secara daring. Kendati demikian, Ustadzah Umi mengungkapkan bahwa itu bukanlah menjadi kendala yang berarti. Pasalnya Habibah tetap mampu untuk disiplin dan bersemangat.

“Pada dasarnya, ananda memang mudah menangkap materi dan arahan yang diberikan. Ditambah ananda juga punya visi dan keinginan yang kuat untuk belajar,” imbuhnya.

Terakhir, Ustadzah Umi bahwa dalam mengikuti perlombaan disiplin dan latihan yang maksimal merupakan kunci utama dalam keberhasilan. Saat keduanya sudah dilakukan dengan baik, maka disempurnakan lagi dengan doa dan tawakal kepada Allah SWT. (nai/lil)

Share this post