Membangun Sekolah Unggul

Kata unggul biasanya menunjuk pada kualitas, dan bukan kuantitas. Bahkan di dalam pendidikan, antara kuantitas dan kualitas sangat sulit dikompromikan. Bisanya justru berbalik. Yaitu lembaga pendidikan yang mengedepankan kuantitas biasanya mengorbankan kualitas dan yang mengedepankan kualitas harus mengorbankan kuantitas. Mengajari  murid  satu kelas 10 orang tentu  lebih mudah dibanding mengajar 40 orang. Guru akan bisa memberi perhatian cukup kepada  siswanya yang berjumlah sedikit dan demikian pula sebaliknya. 


Oleh karena itu sekolah unggul biasanya mengambil jumlah siswa yang terbatas. Hal ini akan menjadi tidak mudah dilakukan oleh sekolah yang berstatus negeri.  Sekolah yang berstatus  milik pemerintah, biasanya berorientasi pada pemerataan. Kecuali  sekolah negeri yang memang dimaksudkan untuk  dijadikan percontohan misalnya, bisa membatasi jumlah siswa oleh karena untuk meraih kualitas unggul. 


Sekolah unggul biasanya juga berbiaya mahal. Oleh karena itu yang lebih berpeluang untuk menyelenggarakan justru sekolah swasta. Namun oleh karena tidak semua sekolah swasta dikelola oleh Yayasan yang kuat, maka pembiayaannya dibebankan kepada orang tua murid. Itulah sebabnya, sekolah unggulan  memungut  SPP dan biaya lainnya  dari wali siswa jauh lebih mahal dibanding sekolah yang berstatus negeri. 


Akhir-akhir ini sudah mulai banyak lembaga pendidikan swasta yang menyebut  dirinya sebagai sekolah unggulan. Biasanya lembaga pendidikan seperti ini mewajibkan seluruh siswanya bertempat tinggal di asrama yang disediakan oleh Yayasan Pengelolanya. Mereka memadukan antara lembaga pendidikan pada umumnya dengan asrama atau juga dengan pesantren. Jika tidak melengkapi dengan asrama atau pesantren, lembaga pendidikan dimaksud mewajibkan siswanya belajar di sekolah sehari penuh. Mereka menyebut dengan istilah full day school. 


Munculnya istilah sekolah unggulan tersebut menggambarkan betapa besarnya keinginan masyarakat memiliki pendidikan yang berkualitas. Masyarakat telah percaya bahwa kehidupan yang semakin modern dan  tantangannya yang semakin besar,  generasi ke depan harus dibekali dengan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan yang bersifat lebih dan unggul. Manakala kemampuan anak  hanya biasa-biasa saja, dikhawatirkan  mereka  tidak akan mampu menghadapi persaingan dan tantangan  yang semakin berat.   


Persoalannya adalah apa  sebenarnya yang dimaksud dengan sekolah unggul. Aspek apa  yang seharusnya dipenuhi, bagaimana membangunnya. Aspek apa yang seharusnya  tidak boleh dilupakan dalam membangun lembaga pendidikan unggul. Dan tentu masih banyak lagi pertanyaan lain yang harus dijawab. Menjawabnya, tentu juga tidak mudah.  


 Munculnya semangat untuk membangun sekolah unggul seharusnya diapresiasi setinggi-tingginya. Semangat  tersebut   telah menunjukkan bahwa telah tumbuh kesadaran masyarakat dalam membangun lembaga pendidikan tidak boleh asal-asalan atau  seadanya. Selain itu juga telah tumbuh  kesadaran bahwa di dalam memilih lembaga pendidikan untuk  anaknya, masyarakat  sudah  memilih yang bermutu atau disebut unggul. 


Tentang apa yang dimaksud  dengan istilah unggul, tentu masih berada pada  persepsi yang berbeda-beda. Bisa saja yang dimaksud unggul baru dilihat pada aspek bangunan gedung dan lingkungannya. Sementara yang lain menyebut  unggul manakala ada aspek tertentu yang dianggap menarik, misalnya tentang programnya,  gurunya, lulusannya berhasil diterima oleh jenjang lembaga pendidikan di atasnya yang terkenal, dan lain-lain. Hal demikian itu tidak perlu dipermassalahkan. Yang terpenting di tengah masyarakat sudah ada kesadaran tentang betapa pentingnya kualitas, mutu, dan unggul dimaksud.    


Membangun lembaga pendidikan  bermutu tidak mudah, bukan saja  tergantung pada anggaran yang tersedia, kepemimpinan dan manajemen yang dianggap hebat, didukung oleh orang-orang penting, dan selainnya. Tidak sedikit lembaga pendidikan yang memiliki dukungan dana berlebih tetapi juga tidak maju. Demikian pula menyangkut kemampuan managerial dan leadership. Ada saja  lembaga pendidikan yang didukung oleh  pakar di bidang manajemen pendidikan, ternyata justru mengalami kemunduran, dan seterusnya. 


Memajukan lembaga pendidikan tidak selalu bisa dihitung secara matematis dengan menggunakan akal sehat sekalipun. Banyak lembaga pendidikan yang semula maju, ternyata dalam waktu singkat merosot,  dan begitu pula sebaliknya. Ada kekuatan tersembunyi yang kadang sangat berpengaruh, tetapi tidak bisa diperhitungkan, diucapkan,  atau dirumuskan.  Kenyataan itu sama dengan datangnya wabah covid 19. Sebelumnya  tidak ada seorang pakar pun yang memprediksi bahwa tahun 2020 muncul wabah yang membuat dunia menjadi porak poranda. 


Dalam membangun lembaga pendidikan, dan tentu membangun apa saja,  yang terpenting adalah adanya  niat, usaha-usaha yang tidak mengenal lelah,  dan semangat yang kuat,  agar  menjadi  unggul dan maju. Usaha dimaksud tentu harus disempurkan  dengan berdoa, memohon kepada Allah swt., agar apa  yang dilakukan berhasil dan mendapatkan ridhaNya. Wallahu a’lam


Prof. Dr. Imam Suprayogo
Guru Besar UIN Malang
Ketua Dewan Pakar Tazkia IIBS

Share this post