Overseas Orientation 2021, Langkah Thursina IIBS Siapkan Studi Lanjut Santri ke Luar Negeri

Menyiapkan studi lanjut ke luar negeri memang butuh persiapan khusus. Menyadari hal itu, Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) gelar Grand Opening Overseas Orientation Series 2021 (18/09). Hadir sebagai pemateri, adalah Ir. H. Sentot Parijatno, M.M Senior Advisior Thursina, Director Thursina International Office (TIO) Ustadz H. Imam Awaludin, P.hd., dan Manager Overseas University Enrollment Ustadz Moh. Suhaili, S.Pd.

Acara ini diikuti oleh seluruh walisantri kelas 11 SMA Thursina IIBS. Melalui acara ini walisantri diberikan pandangan mengenai keunggulan berkuliah di luar negeri. Serta selayang pandang sebaran alumni Thursina di luar negeri.

   

Acara ini merupakan kegiatan pertama dari serangkaian overseas orientation yang dilaksanakan setiap hari sabtu mulai 18 September – 06 November 2021. Hingga saat ini terdapat lebih 47 santri yang telah melanjutkan studi ke lebih dari 20 universitas luar negeri di 9 negara. Mulai dari wilayah asia tenggara dan china, timur tengah, turki, hingga eropa. Bahkan tiga diantaranya melalui jalur beasiswa.

Melalui sambutannya, CEO Thursina IIBS, Ustadz Nur Abidin M.Ed., mengungkapkan, perkembangan teknologi yang sangat cepat akan menuntut kemampuan yang lebih spesifik. Selain itu, kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi yang baik juga sangat dibutuhkan. Santri akan tumbuh di lingkungan global citizen, dimana akan berhubungan langsung dengan warga dari berbagai negara dan latar belakang. 

   

“Di masa yang akan datang, persaingan anak-anak kita adalah dengan global, dengan anak-anak dari luar negeri. Maka memang sebaiknya kita mempersiapkan mereka sejak dini,” imbuhnya.

Mengawali materi, Ustadz Sentot mengungkapkan, berkuliah di luar negeri menekankan pada aspek teknologi teknikal atau engineering. Sehingga anak akan merasakan langsung pengalaman belajar teori dan praktik secara menyeluruh bersama ahli. Teknologi yang dipelajari juga bisa lebih beragam, karena tidak terbatasi oleh hak paten atau regulasi khusus.

“Secara sederhana, mengirimkan anak keluar negeri berarti menyiapkan mereka untuk bisa bersaing secara global. Melalui teknologi dan kehidupan sosial yang lebih beragam,” ungkapnya.

   

Melanjutkan studi ke luar negeri juga memberikan kesempatan bagi anak untuk mengenal lingkungan yang lebih luas. Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi global yang baik akan lebih mudah didapat. Ustadz Sentot menambahkan bahwa lama waktu pendidikan di luar negeri cenderung lebih efektif. Sehingga tidak perlu merasa takut untuk berkuliah di luar negeri.

“Lingkungan itu tidak bisa dibeli, anak-anak harus turun langsung untuk bisa merasakan dan mengambil pelajaran,” ujarnya.

Melanjutkan materi, Ustadz Awal menjelaskan, belajar ke luar negeri sudah disampaikan dalam islam sejak zaman ulama. Selain itu, peradigma hijrah juga tidak lagi berpindah dari desa ke kota. Tetapi dari dalam ke luar negeri untuk belajar. Thursina melalui TIO telah menyiapkan berbagai program untuk memfasilitasi santri yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. Mulai dari pembinaan khusus, sesi konsultasi, hingga tim ahli untuk pendaftarannya.

“Tentunya, seluruh strategi dan rencana yang kami buat ini perlu komitmen dan kerjasama yang kuat antara orangtua dan lembaga,” jelasnya.

Setelah kegiatan hari ini akan dilanjutkan dengan rangkaian orientasi serta pengenalan kampus dan jurusan kepada santri. Beserta pemaparan rencana pembelajaran dan juga waktu tertentu yang akan ditempuh santri. Setelah rangkaian kegiatan orientasi akan ditutup dengan penandatanganan kontrak antara lembaga, santri, dan wali santri yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri. 

“Semoga ini merupakan jalan ikhtiar agar santri Thursina dapat meneruskan pendidikan ke luar negeri dan menyebarkan misi dakwahnya,” harap Ustadz Awal. (nai/lil)

Share this post