Tuliskan Perjuangan Menghafal Al-Quran, Santri Thursina IIBS Raih Juara di Lomba Cipta Puisi Nasional

Perjalanan menghafal Al-Quran memiliki kesan berarti bagi setiap santri, seperti halnya bagi Ghania Sekar Mayang. Perjuangan menjadi hafidzah diabadikan santri kelas VII Thursina International Boarding School (IIBS) ini dalam bait puisinya hingga mengantarkannya meraih Juara III Lomba Menulis Puisi Nasional tingkat SMP yang digelar Gelanggang Sastra (Gatra) SMA Unggulan Berbasis Pesantren Amanatul Ulum, Mojokerto (17/02) lalu.

Tema ‘Perjuangan’ yang diberikan panitia harus Gania kembangkan menjadi sebuah puisi yang padu. Tak kesulitan, sebagai seorang santri Ia menganggap banyak sekali perjuangan yang ia lakukan setiap hari di Ma’had yang dapat menjadi sumber inspirasi.

“Bangun sepertiga malam, jauh dari orang tua serta menghafal Al-Quran menjadi beberapa perjuangan bagi santri, tetapi menurut saya yang sangat berat adalah menghafal Al-Quran, karena capaian bergantung dari seberapa rajin dan konsisten kita sendiri, hal inilah yang mendorong saya untuk menulis puisi yang berjudul Mereksa Kalam-Mu,” ungkapnya.


Pada Kejuaraan ini Ia harus bersaing dengan lebih dari 60 peserta dari berbagai daerah. Meski begitu Ia memiliki rasa percaya diri dan sikap optimis yang kuat. Puisi yang berkisah perjuangannya menghalau kemalasan, kelelahan melantunkan setiap ayat hingga harapan dan persembahan untuk kedua orang tuanya ini mengantarkannya meraih Juara III. “Awalnya sempat tidak nyangka, karena persiapan sangat singkat dan ini baru lomba pertama yang saya ikuti,” imbuhnya.

Santri asal Gresik itu sudah lama memiliki ketertarikan di dunia kepenulisan. Baginya menulis menjadi sarana bercerita untuk menghilangkan rasa bosan. Puluhan cerita pendek telah Ia tulis termasuk puisi. Berkat kebiasaan inilah persiapan yang singkat tak menjadi kendala yang berarti. “Menulis membantu saya dalam menguatkan ingatan karena itu menulis menjadi hal yang menyenangkan,” ungkapnya.

Ia juga memotivasi temannya agar tetap produktif terutama dalam menulis dan mengikuti perlombaan. “Coba aja dulu, kalau kesulitan jangan berhenti lalu menyerah yang paling terpenting adalah berusaha secara maksimal urusan hasilnya belakangan,” tambahnya.

Sementara itu Ustadzah Elyanoor Oktaviana, M.Pd selaku guru pembina mengungkapkan, sebagai persiapan secara berkala kami melakukan diskusi mulai tema, diksi hingga kesesuain isi. Selain itu juga melakukan bimbingan dengan santri secara intensif terutama dalam mengembangkan sebuah ide dan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan.

Lebih lanjut beliau mengaku bangga atas prestasi ini sekaligus raihan ini mampu menjadi inspirasi sesama santri. Menurutnya mengikuti suatu kompetisi sangat penting bagi santri karena dapat mengasah jiwa kompetitif dan daya saing santri. Selain itu juga memacu dalam menghasilkan karya terbaik. “Saya selalu menyampaikan kepada santri bahwa diri kita adalah sebuah portofolio hidup, jadi harus diisi dengan hal-hal yang baik dan spektakuler, salah satunya dengan mengikuti perlombaan,” ungkapnya.

“Harapan saya pembelajaran sastra di Thursina IIBS bisa mendapatkan ruang untuk bereksplorasi lebih dalam. Karena pembelajaran sastra menjadi salah satu jalan mengembangkan keterampilan berbahasa, aspek kognitif santri, perkembangan kepribadian hingga perkembangan sosial. Selain itu dengan sastra santri dapat mengekspresikan pengalamannya dengan cara yang baik melalui sebuah karya,” jelasnya. (hel/lil)

Share this post