Ustadz Muhammad Rajab: Perjuangan Santri Berupa Kesungguhan dalam Belajar

“Kita tidak lagi berjuang dengan senjata, tetapi dengan komitmen dan kesungguhan dalam belajar dan mengabdi. Dengan itu, kita akan merdeka dengan sesungguhnya,” ungkap Ustadz Muhammad Rajab, M.Pd.I saat menjadi pembina Upacara Peringatan Kemerdekaan RI ke 76 di kampus Putra (17/08).


Dilaksanakan secara terpisah kampus putra dan putri, upacara kemerdekaan RI ke 76 ini diikuti oleh seluruh staff, guru, dan perwakilan santri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS). Meskipun sebagian santri harus mengikuti upacara secara daring, namun tidak mengurangi nilai dari agenda ini. 


Melalui amanatnya, Ustadz Rajab kembali mengingatkan rasa cinta terhadap negeri merupakan manifestasi rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Rasa syukur itu tentu tidak cukup jika hanya terucap di lisan saja, namun harus dengan tindakan. Yaitu dengan terus menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai perjuangan dalam kehidupan sehari-hari.


 


“Dalam berjuang, harus ada pengorbanan. Dalam mencapai kesuksesan, harus ada perjuangan. Kita tidak boleh lalai terhadap perjuangan perjuangan kita,” tegasnya.


Merdeka tidak hanya berarti bebas secara fisik, namun juga hati dan pikiran. Sebagai umat muslim, merdeka juga berarti bebas dari belenggu setan dan hanya fokus beribadah dan bertaqwa kepada Allah SWT. Karenanya, selalu dibutuhkan perjuangan yang kuat untuk bisa meraih kemerdekaan. Ustadz Rajab menekankan sebagai santri harus senantiasa bersungguh-sungguh untuk kemerdekaan itu.


“Seperti para pejuang terdahulu yang senantiasa berada di jalan Allah, Insyaallah saat ini kita juga sedang berada di jalan Allah. Karena kita semua sedang dalam ikhtiar menuntut ilmu. Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas, agar tidak menyesal,” ungkap Ustadz Rajab.


 


Senada dengan itu, ustadz Rois yang didaulat menjadi pembina upacara di kampus putri juga mengungkapkan hal serupa. Bahwasanya sebagai generasi muda kelak akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan dalam membangun negeri. Terlebih pada momen Indonesia Emas 2045 nanti, besar harapan bahwa santri Thursina juga akan mengambil bagian dalam mengisi pos-pos penting bangsa. Berbekal pengetahuan, semangat berjuang, dan tauhid dalam dada.


“Momen kemerdekaan adalah momen yang sangat bersejarah. Kali ini, kitalah yang harus mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini agar kita senantiasa mampu untuk bersosial dan beribadah dengan tenang dan damai,” ujarnya.


 


Menutup amanatnya, Ustadz Rois menekankan bahwa hubbul wathon minal iman, mencintai negara sebagian dari Iman. Sebagai warga negara dan umat muslim harus senantiasa menjaga negara ini dengan sekuat tenaga. Tentunya, sebagai santri dapat dilakukan dengan selalu bersungguh-sungguh dalam belajar.


Dalam upacara peringatan tersebut juga dimainkan drama kebangsaan oleh santri putra Thursina IIBS. Drama kebangsaan menceritakan tentang detik-detik proklamasi 17 Agustus 1945. Tidak hanya drama, dalam berlatih mempersiapkan jalannya pengibaran bendera merah putih juga dilakukan oleh santri putri maupun putra. Latihan pun dilakukan pagi dan malam untuk menghormati saat  pengibaran bendera merah putih. (nai/lil)


 

Share this post