Ciptakan Sociolet, Santri Thursina IIBS Sabet Medali Emas di Ajang IYSA 2021

Dua santri jurusan Sciencepreneur Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) berhasil meraih medali emas dalam gelaran World Youth Invention & Innovation Award 2021 yang diselenggarakan oleh  Indonesian Young Scientists Association (IYSA) Universitas Negeri Yogyakarta.

Dua santri tersebut Rafida Hanun dan Nayya Kausalya. Keduanya merupakan santri kelas 12 SMA Thursina IIBS yang juga mengambil penjurusan Scienceprenuer. Mengangkat judul Aplikasi Sensor PIR (Passive Infrared Sensor) dan Alarm sebagai Gelang Pengingat Social Distancing, keduanya berhasil mengalahkan 377 peserta dari 34 negara lainnya.

Negara yang juga turut serta dalam kompetisi internasional tersebut adalah Amerika Serikat, Saudi Arabia, Malaysia, Korea, Turki, Thailand, Azerbaijan, Indonesia dan sebagainya.


Mengambil latar belakang adanya peningkatan kasus COVID-19 yang semakin meningkat dan juga kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan yang abai, menjadikan dua santri Thursina IIBS ini menciptakan ide baru untuk membuat device gelang sebagi pengingat social distancing/jaga jarak.

Ustadzah Ratu Fatimah, selaku pembimbing dalam perlombaan ini menyampaikan, gelang ini menggunakan sensor PIR (passive infrared sensor) yang memberi peringatan kepada si pengguna jika orang disekitarnya melewati batas jarak untuk social distancing (yaitu hingga 1-2 meter) dalam bentuk bunyi atau dering. Prototype yang diberi nama Sociolet ini dibuat menggunakan komponen utama sensor PIR, board Arduino Nano, lampu LED, dan buzzer aktif.

“Dengan gelang ini, setiap pengguna dapat menjaga jarak sesuai alarm yang diberikan. Pemrograman dilakukan dengan Software Arduino IDE 1.6.6,” jelas Ustadzah Rafa, panggilan akrabnya.


Pendeteksian prototype ini, lanjutnya, dipengaruhi oleh temperatur setiap pengguna. Walau pendeteksiannya belum optimal untuk jarak 1 meter keatas, tapi alat ini memiliki potensi jika dikembangkan kedepannya dengan menyesuaikan pengaturan sensitivitas PIR sensor. Menurut Ustadzah Rafa, saat uji coba alat ini, kedua santri melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa prototype Sociolet memiliki potensi untuk menjadi alat bantu pengingat kedatangan social distancing bagi masyarakat.

Seluruh ide yang dikeluarkan merupakan murni dari santri. Pembimbing hanya memberikan arahan dan juga pengembangan-pengembangan yang diperlukan agar alat ini menjadi lebih baik. Dirinya berharap alat ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan memberikan kebermanfaatan dari masyarakat dari terciptanya alat baru tersebut.

“Selain itu, melalui program penjurusan seperti Sciencepreneur ini santri akan bisa lebih berinovasi dan memberikan ide ide terbaik untuk berbagai permasalahan yang ada,” harap Ustadazah Rafa. (lil)

Share this post