Perkuat Pembinaan, Thursina IIBS Siapkan Strategi Baru untuk Menunjang Studi Lanjut Luar Negeri

Tahun ini, Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) mencatatkan pencapaian baru dalam program studi lanjut luar negeri. Salah satu alumni berhasil diterima di University of Toronto, Canada dan akan melanjutkan studi dengan beasiswa penuh dari Beasiswa Prestasi Indonesia (BPI).  Untuk pertama kalinya juga, salah satu alumni akan melanjutkan studi di University of Ljubljana di Slovenia. Total 16% dari alumni angkatan tiga berhasil melanjutkan studinya ke luar negeri.

   

Selain dua universitas di atas, santri Thursina juga melanjutkan studi di Al-Azhar University, Sakarya University, City University of London, Asia Pacific University, dan University Teknologi Malaysia.

Manager Thursina International Office (TIO), Ustadz M. Suhaili, S.E., menjelaskan, menilik evaluasi dari tiga tahun ini, ada beberapa strategi yang dirancang. Pada tahun ajaran kali ini, proses persiapan akan dilakukan mulai kelas sepuluh. Pembinaan dan pemetaan pada tahun ini meliputi penggalian persona masing-masing. Hal itu juga berkaitan dengan rumpun ilmu minat mereka, sosial atau sains. Setelahnya, barulah santri akan diarahkan untuk mengikuti kegiatan atau perlombaan yang akan membantu portfolio mereka.

Menindak lanjuti hal ini, tim TIO juga sudah membuat pemetaan terkait lomba-lomba dan rekomendasi kegiatan yang dapat menunjang portfolio santri. Termasuk didalamnya jenis perlombaan nasional yang kredibilitasnya diakui oleh Kementrian Pendidikan, Budaya, Riset, dan  Teknologi (Kemendikbud Ristek).

“Kuliah luar negeri dengan beasiswa itu kunci utamanya adalah di portofolio. Selain itu, kita juga harus cermat melihat kriteria yang diminta oleh masing-masing pemberi beasiswa,” jelasnya.


Berkaitan dengan beasiswa, Ustadz Suhaili menambahkan bahwa proses persiapan beasiswa akan dimulai sejak kelas 11. Pada masa ini, santri tetap diajak untuk mengenal dan mengembang diri lebih dalam. Proses itu sangat mempengaruhi terhadap kualitas essay mereka nantinya. Santri harus memiliki pengalaman dan pemahaman akan visi yang ingin dicapai dengan baik. Termasuk bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat yang selaras dengan jurusan yang dipilih.

“Teknik menulis dapat dipelajari oleh siapapun, tapi kalau bahannya tidak saling berkesinambungan maka kualitasnya bisa menurun,” imbuhnya.

Kemudahan pendaftaran dan persiapan bahasa juga tidak kalah penting untuk menunjang studi lanjut luar negeri. Karenanya, beragam kerjasama dan program baru juga sudah disiapkan. Diantaranya melalui kerjasama yang dijalin dengan kedutaan besar Malaysia dan Amerika. Serta kerjasama dengan enam universitas di Malaysia.

  

Selain itu, program camp bahasa juga akan dimulai kembali. Nantinya, santri akan tinggal selama satu bulan di negara tujuan untuk fokus belajar bahasa. Diantaranya adalah Al-Azhar, Mesir untuk Bahasa Arab, Turki untuk Bahasa Turki, dan  Singapura atau Malaysia untuk Bahasa Inggris. Program ini dapat sekaligus memberikan pengalaman gambaran belajar di luar negeri.

Ustadz Suhaili menambahkan, bahwa kesiapan mental santri dan orang tua adalah hal paling utama yang menjadi perhatian. Sebab, memang tantangan terbesar dari melanjutkan studi ke luar negeri adalah konsistensi dan kemampuan beradaptasi terhadap ritme belajar yang berbeda. Karenanya, orang tua juga akan dituntut untuk lebih aktif berdiskusi perihal perkembangan dan evaluasi santri.

“Pada dasarnya, kami sudah menyiapkan berbagai pilihan dan solusi. Namun memang, santri, orangtua, dan juga sekolah harus sama sama memberikan ikhtiar terbaiknya,” pungkasnya. (nai/lil)

Share this post