Menebar Inspirasi, Guru Thursina IIBS Didapuk Jadi Pemateri Webinar Nasional

Menebar inspirasi terus dilakukan oleh Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) dalam berbagai bentuk. Terbaru, salah satu guru Thursina IIBS, Ustadz Agus Setiawan, M. Pd didapuk menjadi pembicara dalam forum webinar nasional yang diadakan oleh Lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (P4TK TK dan PLB Kemdikbud) (25/02).

 

Webinar tersebut bagian dari program “Dari Guru untuk Negeri” yang digagas oleh P4TK dan Komunitas Pembelajar Nasional. Melalui webinar ini, peserta diajak untuk memahami pendekatan-pendekatan baru guna meningkatkan proses pendidikan karakter pada siswa.


 

 

Ustadz Agus menjelaskan bahwa pendekatan kesadaran yang dibangun di Thursina IIBS ialah penguatan nilai-nilai agama. Sebagai salah satu contoh, pelaku perundungan diajak untuk bermuhasabah akan kesalahannya dan diingatkan tentang nasihat dari Al Quran. Pada pendekatan perbaikan seorang anak diberikan penguatan akan terus berbenah dalam memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik.

 

“Semua yang berkaitan dengan sisi buruk santri, pada dasarnya dikembalikan ke tuntunan agama,” jelas Koordinator Behaviour Security Thursina IIBS itu.



 

Salah satu indikator keberhasilan dalam perbaikan yaitu santri berhenti menjadi pelaku dan tidak mengulangi kesalahannya. Meskipun begitu, pelaku perundungan juga tetap mendapatkan konsekuensi dari apa yang sudah dilakukan sebagai wujud tanggung jawab dan proses perbaikan yang dijalani.

 

Lebih lanjut, Ustadz Agus mengungkapkan bahwa memang baik  atau tidaknya seseorang adalah kuasa Allah SWT. Namun, sudah menjadi kewajiban bagi guru untuk terus berusaha mengarahkan santrinya menjadi lebih baik. Usaha tersebut juga harus dibarengi dengan doa kepada Allah SWT.

 

"Kita juga harus terus menjaga niat dan hati Kita, agar Allah SWT meridhai apa yang kita ikhtiarkan dan Allah SWT berkenan memberikan petunjuk. Apa yang bersumber dari hati maka muaranya akan ke hati," ujar Ustadz Agus.

 

Di akhir materi Ustadz Agus menyampaikan bahwa seorang santri membutuhkan figur yang dapat menegur ketika dirinya salah, membimbing untuk terus berbenah, serta memberi teladan. Figur itu juga harus selalu mampu menemani dalam proses perbaikan diri dan mendoakan sebagai akhir dari sebuah ikhtiar. “Semoga kasus perundungan yang terjadi di masyarakat dapat dikikis dengan penguatan pada nilai-nilai agama dengan diawali dari pesantren,” pungkasnya. (ags/nai/lil)

Share this post