Karya Sastra jadi Bacaan Anak Kala Pandemi

ADA kabar baik tentang minat baca di Indonesia. Hal ini tampak dari hasil survei minat baca dalam dua tahun terakhir (2018-2019) Perpusnas seperti dilansir Media Indonesia (8/9/20). Survei itu menyatakan terdapat peningkatan yang cukup signifikan terkait minat baca masyarakat bila, dari rata-rata sebelumnya yang hanya berkisar pada 36,48% (2017) meningkat menjadi 52,92%n (2018) dan 53,84% (2019).

Dari survei tersebut ada yang menarik, yakni terkait topik sastra yang menjadi paling favorit dengan 58%. Kemudian diikuti topik agama 29%, kesenian dan olahraga 29%, dan di luar topik itu ada 8%-11%. Topik sastra menjadi terfavorit bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Hal ini lantaran ada banyak manfaat dengan membaca topik sastra. Lantas, di tengah pandemi yang menimpa dunia saat ini ada potensi besar kenaikan minat membaca topik tersebut akan terus meningkat. Terlebih sejak Maret 2020 sekolah di semua tingkatan dilakukan secara daring yang membuat aktivitas anak lebih banyak dilakukan di rumah.   

Membaca karya sastra kala pandemi dapat menjadi alternatif kegiatan yang dapat dilakukan anak. Karya sastra seperti apa yang sesuai usia mereka? Apakah sebagai orang tua akan mendukung atau malah mempertanyakan ‘manfaatnya apa’, atau malah menyuruh anak membaca topik lain? Hal yang  terakhir ini justru dapat menyurutkan semangat anak membaca topik sastra. 

Karya sastra mengandung pemikiran kritis yang dapat menjawab sebuah permasalahan. Ada berbagai macam perspektif kehidupan yang dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Sebagai contoh, ketika anak membaca novel yang mengangkat tema pendidikan dan ada permasalahan yang dimunculkan oleh pengarang dalam novel tersebut. Permasalahan yang muncul ini juga diberikan solusi oleh pengarang dalam karyanya. 

Imajinasi dan kreativitas 

Dari permasalahan dan solusi inilah karya sastra melihat sudut pandangnya sendiri tentang masalah yang sebenarnya bisa saja terjadi di dunia nyata yang diselesaikan lewat sebuah tulisan. Meskipun terlihat fiktif, apa yang terkandung dalam karya sastra itu bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Setidaknya, ada tiga manfaat dari membaca karya sastra bagi anak; pertama, mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas. 

Albert Einstein pernah mengatakan bahwa imagination is more important than knowledge. Seorang ilmuan fisika yang dalam penemuannya lebih banyak menggunakan logika pun mengatakan bahwa imajinasi itu penting. Dengan imajinasi yang tidak terbatas seorang dapat menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumya atau masih dalam ‘khayalan’. 

Terlebih jika imajinasi ini dimiliki oleh anak yang dalam masa pertumbuhan. Dalam karya sastra banyak sekali imajinasi yang didapatkan anak karena terkadang penulis tidak secara eksplisit menunjukkan maksud tulisan. Ia akan membiarkan pembaca menyimpulkan sesuai interpretasi masing-masing.

Kedua, meningkatkan kemampuan menulis. Ada empat ketrampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari empat ketrampilan berbahasa tersebut, menulis merupakan keterampilan terakhir yang dapat dikuasai. Ketrampilan menulis juga berkaitan erat dengan kreativitas karena menulis merupakan keterampilan yang menciptakan hal baru.

Untuk menguasai keterampilan menulis, seseorang terlebih dahulu harus menguasai tiga keterampilan sebelumnya, salah satunya adalah membaca. Anak yang gemar membaca karya sastra akan mengetahui bagaimana penggunaan bahasa yang indah, pola-pola kalimat, dan dapat menciptakan permasalahan serta memberikan solusinya. Pemahaman itulah yang menjadi modal utama kemampuan anak dalam menulis.

Ketiga, memahami lingkungan sekitar dan berpikir kritis. Di dalam karya sastra, misalnya novel, ada banyak permasalahan yang diberikan solusinya langsung oleh penulis. Terkadang, penulis meminta pembaca untuk ikut mencarikan solusi. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak. Di dalam novel juga terdapat latar belakang sosial dan budaya suatu daerah yang ditampilkan oleh penulis. Pemahaman latar sosial dan budaya inilah yang dapat membuat anak mengerti perbedaan lingkungan berbagai daerah. 

Pemahaman pembaca terhadap karya sastra dapat membuat anak mengerti bahwa kehidupan ini terus berputar. Banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Banyak masalah-masalah kehidupan yang harus dicari solusinya. Selalu ada perubahan dari waktu ke waktu. Keterampilan membaca karya sastra juga berkaitan erat dengan ketrampilan 4 C abad 21, utamanya pada berpikir kritis dan kreativitas.

Melihat manfaatnya, membaca karya sastra seharusnya tidak hanya dilakukan oleh anak ketika ada tugas mata pelajaran bahasa Indonesia atau program literasi sekolah saja. Setiap anak kini harus mulai menyukai dengan cara membacanya. Sebab membaca hal itu tidak hanya bermanfaat untuk saat ini tapi juga saat nanti (masa depan). Di kala pandemi seperti saat ini, mari dampingi anak-anak kita dalam membaca karya sastra.

Penulis: Wildan Pradistya Putra, S.Pd., Gr. (Staf Khusus HRM & QA Tazkia International Islamic Boarding School)

Sumber: Media Indonesia

Share this post