Kembali Berangkatkan Santri ke Jepang, Thursina IIBS Latih Santri Menjadi Dai Internasional

Ribuan orang bermimpi untuk belajar teknologi informasi dan otomotif di Jepang, tetapi 24 santri dari Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) memiliki tujuan yang berbeda. Mereka melakukan perjalanan ke Negeri Sakura untuk menyebarkan Islam melalui program Safari Dakwah Ramadhan Luar Negeri 2024.

Ustadz Syaikhul Islam, S.Pd.I sebagai Koordinator Kaderisasi Ulama di Thursina IIBS menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari Unit Pendidikan untuk membentuk kader-kader dai yang akan mengamalkan ilmu mereka di masyarakat. Program ini melibatkan lima kegiatan, termasuk menjadi imam, memberikan khutbah/tausiyah, mengajar TPQ, memimpin Thursina Banjari Club, dan Safari Dakwah Ramadhan.

   

Mereka yang berpartisipasi dalam safari dakwah ini diantaranya: Muhammad Thoriqul Jihad Al Musyaffa, Muhammad Nabil Alfansyah Putra, Ahmad Fawwaz Murtadlo, Muhammad Razan Abid Baswedan, Horikawa Kazuya,  Ahmedinejad Asad, Kenzie Putra Adil Notodiharjo,  Abyan Motivano Zoenarto, Adhis Alvaro Safaraz Putra Ismawan,  Ahmad Hakan Firastian, Muhammad Hariz Saif Jabbar, Aldy Baskoro, Fairuz Muhammad Dhulfadlli, Kafi Muhammad, Nauval Rafanda Syahputra,  Ahmad Rifat Islam, Fatih Firdaus, Mukhammad Fachry Aryasatya, Muhammad Juhani Mustafa, Muh Fathir, Kyran Zuhdi Widhyadana, Muchammad Zaidan Almawardy, Muhammad Nabiil Fadhlurrahman, Hamzah Achmad Zaky Baktir

"Safari Dakwah Ramadhan terbagi menjadi dua bagian, yakni Dakwah Dalam Negeri di beberapa masjid dalam negeri, dan Dakwah Luar Negeri, dengan Jepang sebagai tujuan tahun ini," katanya.

   

Ia juga menambahkan bahwa para santri yang mengikuti program ini telah melalui berbagai pembekalan materi dan praktik, mulai dari memimpin shalat jamaah hingga mempelajari retorika dakwah. Selama satu pekan di Jepang, mereka mengajar TPQ di Yokohama & KBRI Jepang, serta di Masjid Indonesia Tokyo. Mereka juga mengikuti tabligh akbar bersama Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Jepang, pesantren kilat untuk berbagi pengalaman menjadi santri, dan membuat video dakwah dengan latar belakang budaya Jepang. Mereka menjadi imam sholat isya dan tarawih di Masjid As Sholihin Yokohama, dan akan melakukan studi banding ke Yamanashi Gakuin University serta tadabur alam sebagai penyegaran.

"Ramadhan ini memberikan pengalaman unik bagi mereka untuk menjalani ibadah di negara non-Muslim, di mana mereka belajar bahwa berpuasa di minoritas Muslim seperti ini memiliki tantangan tersendiri," tambahnya.

   

Ustadz Syaikhu berharap program ini akan memberikan pengalaman yang berharga kepada para santri, memungkinkan mereka menjadi imam dan dai lintas negara sambil mempelajari budaya baru. Mereka diingatkan bahwa apa pun pekerjaan mereka, mereka harus tetap mempraktikkan ilmu yang mereka miliki untuk memberikan manfaat dan memperkuat ketaatan kepada Allah SWT. (lil)


Share this post