Sharing Ideas to Beat Climate Change, Yardan and Vadaukas Compete with Student Around the World in Oxford University

Dihadapan empat juri ahli, puluhan siswa, guru, dan kepala sekolah dari UK, USA, UEA, Latvia, Serbia, India, Libanon, Israel, Pakistan, Rumania dan negara lainnya dari empat benua ananda Yardan Khalil Fadhilzain dan Vadaukas Valubia Laudza dengan penuh percaya diri mempresentasikan karya dan gagasannya terkait perubahan iklim (Climate Change) pada 3-7 Juli 2017. Kedua santri Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang tersebut menjadi peserta Trust for Sustainable Living (TSL) International School Debates (ISD) di Oxford University, United Kingdom (UK) Inggris. Keduanya menjadi satu-satunya wakil dari Indonesia dalam ajang yang dihelat setiap tahun itu.

Setelah melalui proses yang panjang Yardan dan Vadaukas berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Bahkan Mrs. Emma selaku ketua panitia memberikan pujian untuk esai yang dituliskan oleh Yardan dan menobatkan esai tersebut dalam 20 besar esai terbaik (shorlisted finalist), sedangkan Vadaukas meraih honourable mention dari total 1232 peserta dari 77 negara berbeda.

Ustadzah Ratu Fatimah, Ph.D selaku guru pendamping pada perlombaan ini menceritakan bahwa kegiatan selama di Oxford sangat padat. Setelah menerima arahan dari panitia, Yardan dan Vadaukas mempresentasikan ide mereka secara individu dalam kelompok yang telah ditetapkan panitia. “Presentasi dilakukan secara tertutup tanpa melibatkan guru pendamping. Dalam satu kelompok ada fasilitator yang disediakan panitia TSL 2017 dan mereka saling berdiskusi satu sama lain tentang perubahan iklim. Hasil dari diskusi kelompok ini yang akan dipresentasikan dan sebagai bahan debat dihadapan seluruh peserta, guru pendamping, orang tua, panitia dan juri,” jelas Ustadzah Ratu Fatimah saat diwawancarai melalui Whatsapp kemarin, Rabu (7/6).

Sebelumnya, setiap calon peserta dituntut untuk membuat esai dengan ide solutif dan aplikatif untuk menghadapi perubahan iklim. Dengan judul Ecofriendly Factory, Yardan menuangkan idenya yaitu konsep pabrik ramah lingkungan yang dapat berdampak positif terhadap perubahan iklim yang hingga saat ini masih menjadi persoalan. Di sisi lain, Vadaukas menuliskan idenya tentang pemanfaatan buah lokal sebagai sumber listrik.

Tidak hanya Yardan dan Vadaukas saja, Ustadzah Ratu Fatimah selaku guru pendamping (Teacher Champion) juga mendapat kesempatan mempresentasikan tentang program ramah lingkungan (sustainable living) yang sedang digencarkan oleh Tazkia. Green Hero, Project 3R, local environment caring (Cinta Baitullah), dan rencana untuk mengintegrasikan sustainable living di kurikulum program Sciencepreneur SMA, merupakan sederet program yang mendapatkan tanggapan positif dari seluruh guru, kepala sekolah, panitia, dan Mr. Karl Hansen (direktur TSL).

“Pada hari kedua, peserta kembali mengikuti rangkaian acara yang diselenggarakan di museum Natural History yang berada di Oxford. Pada hari kedua ini, acara difokuskan tentang diskusi climate change dari sudut pandang ahli dan profesor. Peserta juga berkesempatan mengunjungi Green Park Reading dan Living Rainforest untuk mengetahui bagaimana perusahan besar dapat tetap melestarikan lingkungan,“ cerita Ustadzah yang pernah mengenyam pendidikan di Kumamoto University, Jepang itu.

 

Ustadzah Ratu Fatimah berharap, dengan berangkatnya kedua santri Tazkia IIBS ini diharapkan dapat menjadi salah satu pemicu bagi santri lain untuk berprestasi. Menurutnya, dengan mengikuti berbagai perlombaan, santri Tazkia dapat mengenali kemampuan masing-masing serta dapat memperbanyak link internasional. “Kedepannya semoga banyak santri Tazkia yang melakukan aksi nyata seperti kedua santri ini. Tidak hanya berkhayal dan sekedar kagum. Namun,  juga memulai untuk berprestasi,” ujarnya.

“Pertemuan guru dan kepala sekolah di Oxford tersebut juga membuahkan forum international yang akan difasilitasi oleh organisasi TSL. Alhamdulillah Tazkia IIBS sudah mempunyai nama di ajang ini, bukan tidak mungkin Tazkia IIBS dapat bekerja sama untuk menyelenggarakan lomba esai tingkat Asia di bawah naungan TSL, imbuhnya. (lil/arf)

Share this post