Teaching Students to be Environmentally Aware, IPBL 2017 Raised the Concept of Environmental Awareness

Kecanggihan tekhnologi serta pesatnya perkembangan zaman menjadikan seluruh aspek juga ikut berkembang pesat. Termasuk salah satunya dalam hal kearifan lokal. Kearifan lokal sedikit demi sedikit mulai dilupakan oleh generasi penerus bangsa. Berangkat dari kegelisahan tersebut, Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang mengangkat kearifan lokal sebagai tema dalam Integrated Project Based Learning (IPBL) 2017.

Koordinator IPBL Tazkia IIBS 2017, Ustadzah Fuji Astuti M. Pd menyatakan, kearifan lokal sangat perlu untuk didekatkan kembali, dikenalkan lebih dekat dengan generasi penerus. Dalam IPBL 2017 ini, santri Tazkia IIBS Malang memiliki tugas untuk membuat sebuah maket. “Misinya adalah setiap kelompok yang terdiri dari 5-6 santri merancang sebuah maket yang mana didalamnya terdapat bangunan-bangunan yang mengandung unsur kearifan lokal,” jelas Ustadzah Fuji.

Lebih dari itu dengan mengangkat tema _Exploring Local Wisdom in 21 Century_, Tazkia IIBS  juga membekali santri-santrinya pengetahuan tentang kebudayaan. Bangunan-bangunan yang dirancang memang diwajibkan untuk memiliki nilai kelokalan.  “Sebelumnya seluruh kelompok melakukan riset tentang kebudayaan Indonesia. skala risetnya memang kecil, selain itu juga intens dengan pembimbingan,” jelas Ustadz Nadhiif saat ditemui, Sabtu (17/6).

Dalam tugas yang dikerjakan selama satu semester tersebut, santri diwajibkan melewati beberapa proses sebelum akhirnya setiap santri yang tergabung dalam beberapa kelompok itu membuat karya nyatanya. Awalnya, setiap kelompok harus merencanakan dan membuat rumusan masalah yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat untuk dipecahkan dengan karya yang akan dibuat. Selanjutnya, setiap kelompok diberikan waktu selama 3-4 bulan untuk membuat prototype atau barang asli dari solusi yang telah dirumuskan. 

Diakhir semester, setiap kelompok mempersentasikan karyanya dihadapan seluruh guru dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, setiap kelompok juga diharuskan membuat laporan karya yang telah diselesaikan. “Dalam satu karya itu harus mencakup seluruh mata pelajaran. Harus dilihat kebermanfaatan untuk masyarakat, unsur matematika dan semacamnya. Semuanya untuk memancing santri agar lebih kreatif dan inovatif nantinya,” ungkapnya.

  

  

Project kali ini, lanjut Ustadzah Fuji, santri juga membuat maket yang mana perlu mempertimbangkan masalah lingkungan. Banyak bangunan yang kurang mempertimbangkan masalah lingkungan, melalui project ini santri diharapkan dapat melihat lingkungan ketika merancang sebuah bangunan.

Pada project ini juga keluar pemenang, project santri putri dimenangkan oleh santri kelas VIII. Dengan anggota kelompok adalah Jihan Sabrina, Tsabita Kamila Sofwah, Felicia Rai Shita dan Fauziyah Ardiyanti Ramadhani. Dengan mengangkat tema Residance Area kelompok tersebut membuat maket dengan menggunakan inovasi solar panel. “Ini yang diharapkan adalah imajinasi dan riset santri semakin bagus kedepannya,” pungkasnya. (lil)


Share this post