Celebrating New Year 1439 Hijri, Tazkia IIBS Malang Teaches Islamic History through Islamic Civilization Seminar

Pada hakikatnya hijrah adalah menyelamatkan aqidah dan dakwah. Aqidah merupakan harta berharga bagi seorang muslim. Kisah seorang pemuda  Mekkah bernama Suhaib yang berhijrah ke Madinah namun harus meninggalkan seluruh harta bendanya. Orang kafir quraisy tidak memperbolehkan Suhaib tersebut hijrah ke Madinah dengan membawa hartanya. Akhirnya pemuda tersebut meninggalkan seluruh harta bendanya.

Kisah tersebut disampaikan oleh Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ponorogo, K.H Heru Saiful Anwar, M.A dalam Seminar Peradaban Islam, Kamis (21/9) di Tazkia International Conference Hall (TICH). Kiyai Heru menjelaskan, Hijrah Rasullullah berawal dari meninggalkan dua orang yang sangat berarti bagi Rasulullah yaitu istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abu Tholib. Ketika kedua orang ini meninggal, gangguan dari orang kafir sangat gencar.  

Akhirnya pada tahun ke 13 dari ke-Nabi-an, Allah memerintahkan umat muslim untuk berhijrah ke Madinah. “Berhijrah itu meninggalkan semuanya. Meninggalkan istri, meninggalkan harta serta meninggalkan barang berharga lainnya,” jelas Kiyai Heru dihadapan seluruh santri Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

 

Saat pertama kali hijrah dulu, lanjut Kiyai Heru, yang diutamakan adalah umat muslim. Rasulullah selaku pemimpin tidak langsung meninggalkan Mekkah. Ketika seluruh umat muslim sudah hijrah ke Madinah, saat itulah Rasulullah, Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib, Abbas bin Abu Mutholib, Amir bin Fuhairah, Abdullah bin Abi Bakar dan Asma’ bin Abu Bakar baru diijinkan oleh Allah untuk hijrah ke Madinah. 

Perintah Allah tersebut mengandung hikmah bahwasanya kepemimpinan dalam Islam harus mendahulukan pengikutnya baru pemimpinnya. Begitulah seharusnya kepemimpinan dalam Islam. Bukan mementingkan pemimpinnya sendiri, tapi yang diutamakan adalah pengikutnya. Para ulama menyatakan, seorang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasulnya dan tidak ragu-ragu berjuang di jalan Allah. “Para ulama menyebutnya Al mukmin ash-shodiq. Seorang mukmin yang benar dan jujur,” sebut Kiyai Heru.

  

Senada dengan Kiyai Heru, Ustadz Imam Awwaluddin P. hD sebagai pemateri pada Seminar Peradaban Islam di kampus putra menyatakan, berhijrah sebagai perintah Allah harus diyakini. Jika berhijrah merupakan perintah Allah dan meyakininya maka Allah tidak akan menelantarkan. “Keluar mencari ilmu juga bagian dari berhjrah. Maka harus diyakini kalau Allah akan membantu dan memudahkan dalam mencari ilmu,” ungkap Ustadz Awwaluddin pada seluruh santri putra Tazkia IIBS Malang.

Antusias santri Tazkia tidak hanya sekedar mengikuti seminar tersebut, namun juga aktif dalam diskusinya. Salah satu santri Tazkia IIBS, Affan Najih bertanya tentang sebab masyarakat Mekkah tidak bisa menerima umat muslim dengan banyaknya gangguan pada umat muslim. Tidak hanya itu, dua santri lainnya Citovard Putra Shalhan dan Zaidan juga mengajukan beberapa pertanyaan untuk ikut aktif dalam seminar tersebut. (lil)

Share this post