Nayla Munaya: Dari Tidak Tertarik Menghafal Al Quran Hingga Selesai 30 Juz

Menjadi santriwati yang biasa-biasa saja nampaknya enggan dilakukan Nayla Munaya. Segala dukungan dan fasilitas dari orang tua telah diberikan untuknya. Baginya sebagai ungkapan syukur dan wujud terimakasih kepada orang tuanya adalah dengan senantiasa meraih prestasi yang maksimal. Santriwati yang kini duduk di bangku kelas XII Thursina International Boarding School (IIBS) ini merupakan salah satu hafidzah yang telah menyelesaikan hafalannya genap 30 juz.

Nayla sapaan akrabnya, awalnya Ia tidak memiliki ketertarikan menjadi seorang hafidzah. Perjalanan belajarnya di Thursina perlahan mengubah jalan hidupnya. Berada di lingkungan pesantren yang lekat dengan adab dan ilmu membuatnya tertarik lebih jauh mendalami Al-Quran.

   

Adaptasi di lingkungan baru sempat menjadi kendala baginya. Rasa sedih harus berjarak dengan kedua orang tua menghampirinya. Berkat dukungan guru, murabbiyah serta teman kesedihan itu berhasil ditepisnya. Merenungi tujuan datang ke Thursina menjadi spirit baginya kembali melanjutkan cita-cita. Baginya momen Daurah Al-Quran menjadi pemantik kecintaannya pada Al-Quran dan tertanam dalam hatinya untuk menjadi seorang hafidzah.

Sebagai bekal di awal masuk Thursina Ia telah menghafal sebanyak dua juz. Menyelesaikan jenjang SMP di Thursina ia berhasil menghafal sebanyak 16 juz. Kemudian digenapkan 30 juz pada jenjang SMA. “Semenjak ada keinginan menjadi hafidzah saya merasa dimudahkan dalam menghafal, mungkin itu petunjuk dari Allah sehingga kedepannya saya akan mendalami Al-Quran lebih lanjut,” ungkap santriwati asal Lamongan itu.

Menemukan metode dalam menghafal Al-Quran menjadi motivasi tersendiri bagi Nayla. Sebelum mulai menghafal Ia senantiasa mempelajari ayat-ayatnya, tanda baca, tata letak hingga urutannya. Selain itu irama dalam murojaah baginya adalah kunci kelancaran menghafal.

   

Satu ayat yang senantiasa memotivasinya adalah QS. Al-Baqarah ayat 286  yang berbunyi “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”. Firman Allah itu terpatri kuat dalam dirinya. Segala cobaan dalam menuntut ilmu berhasil dilaluinya.

Menyandang gelar hafidzah tak membuatnya berhenti pada capaian itu, pendalaman atas isi Al-Quran menjadi kelanjutan cita-citanya. Menambah ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah menjadi motivasi utama dalam menuntut ilmu. Putri dari Miftahul Huda dan  Latifah Ghozali itu bercita-cita melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar Kairo. Ia ingin mendalami Tafsir Al-Quran sebagai konsentrasi studinya. Thursina telah memberikan pengetahuan melalui kelas Al-Azhar. Belajar bahasa dan kebudayaan negeri tujuan menjadi persiapan yang dilakukan. Persiapannya di awal tidak hanya di kelas, ia pernah tergabung dalam Overseas Camp di Mesir. Mengunjungi secara langsung negara tujuan studi lanjutnya.

   

Santriwati kelahiran Bekasi 12 Mei 2005 ini tercatat telah menorehkan berbagai prestasi akademik maupun non akademik. Pada jenjang nasional tiga medali telah dikoleksinya. Medali emas berhasil ia raih kala mengikuti Olimpiade Nasional Sejarah 2021, raihan silver pada Olimpiade Nasional Pendidikan Agama Islam 2021, serta medali perunggu ia raih dalam Olimpiade Nasional Sosiologi 2021. Tak hanya itu, di bidang olah suara ia pernah aktif dalam kelompok paduan suara Thursina Voice. Bersama tim ini ia pernah menyabet medali silver pada ajang Bali International Choir Festival tahun 2021.

 Motivasi yang senantiasa mendorongnya berprestasi tak lain adalah “orang rajin tidak bisa dikalahkan orang pintar” ungkapnya. Baginya kesuksesan bukan dicapai dengan kepintaran, melainkan ketekunan dalam berproses yang akan membawa kepada kesuksesan. (hel/lil)


Share this post