Prestasi Nasional: Sisihkan Ribuan Siswa SLTP/Sederajat dari Seluruh Indonesia, Santriwan Tazkia IIBS Menjadi Salah Satu Juara Perhutani Green Pen Award

Tazkia IIBS — Nur Abid Fadhllurrohman atau lebih akrab di sapa Edo kembali mengukir prestasi lewat pilihan diksi yang baik, rangkaian kalimat yang indah, alur cerita yang tepat, dan ide yang istimewa. Keempatnya dibingkai rapi dengan imajinasi yang unik. Berkat hal tersebutlah, santriwan berkacama itu berhasil menjadi salah satu pemenang pada kompetisi nasional Menulis Cerita Pendek Hutan dan Lingkungan ― Perhutani Green Pen Award 3 Tahun 2016.

Pengumuman pemenang ditetapkan dan disampaikan oleh panitia melalui situs web Perhutani pada Selasa (29/03/2016) yang juga bertepatan dengan hari jadi Perhutani ke-55. Kemudian beberapa hari setelah itu, penitia penyelenggara menghubungi pemenang lewat surat resmi. Ananda Edo menjadi salah satu dari lima pemenang harapan (juara lima) Kategori A (SLTP dan sederajat) pada kompetisi yang pertama kali dihelat tahun 2014 itu. Atas prestasi tersebut, santriwan yang gemar membaca buku itu berhak memperoleh sertifikat dan uang tunai.

Panitia penyelenggara menyampaikan bahwa peserta lomba yang mengirimkan naskah lebih kurang 1.500 orang dari seluruh Indonesia bahkan dari mancanegara seperti Malaysia dan Mesir. Lebih lanjut, panitia menjelaskan bahwa naskah-naskah yang masuk diseleksi dalam tiga tahap, yaitu seleksi kelengkapan administrasi, seleksi awal, dan seleksi final untuk menentukan para pemenang.

Cerpen yang berjudul “Bangkitnya Sang Pembela” karya santriwan asal Kota Blitar tersebut berlatar waktu pada jaman penjajahan Belanda dulu. Cerpen sembilan halaman tersebut memaparkan perbedaan mencolok antara kaum pribumi dengan penjajah pada masa itu. Selain itu, dalam cerpen tersebut juga menceritakan bahwa hutan di Indonesia sudah dieskploitasi dan ditebang sejak jaman penjajahan dulu. Tak kalah menariknya, di dalam cerpen itu juga terselip bahasa Belanda yang turut disuguhkan bersamaan dengan nama-nama kota jaman dahulu. Keunikan-keunikan itulah yang membuat cerpen tersebut berbeda dengan cerpen-cerpen yang lain.

Sejak memilih masuk Kelas Peminatan Karya Tulis di Tazkia pada kurang lebih satu tahun yang lalu, prestasi santriwan kelahiran Malang empat belas tahun silam tersebut semakin menanjak. Awalnya, cerpennya sukses dimuat di Tazkia Magazine (majalah Tazkia) pada tahun 2015. Prestasinya pun berlanjut pada tahun yang sama, ia berhasil menjadi salah satu juara pada kompetisi menulis cerpen tingkat umum se-Malang Raya di Universitas Brawijaya. Kemudian, karyanya dibukukan bersama lima belas penulis lainnya. Terakhir, ia berhasil meraih prestasi nasional pada Perhutani Green Pen Award 3 Tahun 2016.

Santriwan penggemar novel-novel Ahmad Fuadi tersebut nampak terkejut sekaligus gembira karyanya menjadi juara. “Alhamdulillah, saya kembali bersyukur kepada Allah SWT yang telah memudahkan jalan untuk meraih prestasi ini. Prestasi ini saya persembahkan kepada orang tua saya. Saya juga berterima kasih kepada ustadz/ustadzah yang telah membimbing saya.” Ia juga memberikan pesan kepada seluruh masyarakat. “Indonesia adalah paru-paru dunia. Saya prihatin dengan semakin maraknya pembakaran dan penebangan hutan di Indonesia. Semoga dengan terciptanya cerpen ini, mampu menyadarkan masyarakat supaya terus menjaga dan melestarikan hutan di Indonesia,” tegasnya. (wpp)

Share this post